[caption caption=""]
Balik lagi ke soal kedai Soto. Pengelola kedai ini nampaknya punya selera bagus juga pada disain interior. Semua serba simple, rapi dan natural. Â Di sepanjang dinding, kita bisa melihat foto-foto kota lama Semarang yang berbingkai sederhana. Yang mencolok, ada satu bingkai berdiri besar berisi foto menara masjid Kudus.
Nah sekarang makanannya. Â Sesuai namanya, hanya ada 2 jenis hidangan utama di situ. Soto Kudus dan Pindang Kudus. Soto kudus tak ubahnya seperti soto biasa, tetapi dengan kuah yang agak kental, karena kaldu dan ulekan bumbu . Soto kudus ini tidak perlu diberi tambahan kecap, sambal, garam seperti soto- soto lainnya, karena bumbunya memang sudah pas. Ada 2 cara penyajian, nasi putih dipisah, atau dicampur. Saya sih lebih suka dicampur, karena jumlah nasi menjadi tidak terlalu banyak.Â
Sedangkan nasi pindang itu hampir mirip dengan rawon tapi dengan cita rasa yang agak manis sedikit. Â Dihidangkan di atas piring yang dialasi daun pisang. Nasi putih sudah dicampurkan. Tapi bisa juga minta disajikan terpisah. Banyak penjual nasi pindang di Semarang hanya saja rasanya rata-rata terlalu manis di lidah. Bagi saya yang tidak suka manis, tentu saja tidak pas. Di kedai ini rasanya paling sesuai. Â Tapi jujur saja sih, saya tetap lebih memilih Soto Kudus.
Hidangan pendamping tidak berbeda dengan kedai soto lain, sate ayam, sate kerang, sate telur puyuh, tahu dan tempe goreng. Minuman juga mirip dengan yang lain. Satu hal lagi yang saya sukai di kedai ini, semua penyajian rapi dan bersih. Mangkok soto dialasi piring kecil, tidak ada kuah tercecer, gelas minum juga bersih. Â Kebersihan seperti ini penting lho. Saya paling males jika diberi minuman dalam gelas yang luarnya masih basah tidak dilap kering, mangkok soto dengan kuah berantakan...haisssh...