Mohon tunggu...
Mamat Irawan
Mamat Irawan Mohon Tunggu... Guru - Penikmat bacaan

Lahir di Kuningan, 20-04-1972 kini tinggal di Bogor

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Suara Air

24 Maret 2020   12:29 Diperbarui: 24 Maret 2020   12:37 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku berdecak kagum

Memolototimu  yang bening berwarna tersingkap Sang Surya

Memujimu karena tiada ada dengki ketika berjalan.

Riuhnya suara  air  saling menyapa menambah rasa ingi terus bersua

Aku  menghela napas yang terdesak oleh takjubnya butiran yang jatuh dengan sempurna. 

Mereka yang turun dengan antrian yang rapat, tertib tidak beradu.

Tidak seperti manusia, yang saling siikut karena urusan perut.

Air terjun itu seperti memperlihatkan dirinya

Menghantarkan sesorang pemimpi yang tertidur lelap oleh suaramu

Ia lunglai mata terbuai

Tubuhnya terbuang di bawa ke alam sana

Seperti bermimpi indahnya dalam singgasana yang ingin diraih.

Mengejar asa yng tertancap dalam sanubari.

Menerobos  sumsum khayalan yang belum tentu nyata.

Bawa aku air, aku ingin kau teguhkan keinginanku sepertimu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun