Mungkin juga saatnya bagi mereka untuk memahami bahwa pernikahan adalah tentang keseimbangan antara waktu bersama teman dan waktu bersama keluarga.
Mempertahankan dan Meraih Kembali: Suatu Keharusan
Memang, mempertahankan sesuatu itu jauh lebih sulit daripada meraihnya. Begitu pula dengan pernikahan. Suami harus menyadari bahwa istri juga butuh waktu untuk dirinya sendiri, bukan hanya untuk mengurus keluarga.
Dan ketika suami merasa bahwa pekerjaannya sebagai pencari nafkah membuatnya lebih capek daripada istri, dia harus ingat bahwa istri juga berjuang di bidangnya masing-masing sebagai ibu rumah tangga. Apa yang dikerjakannya di rumah itu butuh tenaga dan mengeluarkan keringat juga.
Mengenali Nilai Pekerjaan Rumah Tangga
Seringkali, suami tidak menyadari betapa beratnya pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Bahkan sampai terucap kata-kata kasar dari sang suami, seperti: "lu enak di rumah doang ga cape, cuma makan, tidur, makan, tidur, dapet duit dari gua!".Â
Mereka hanya melihat bahwa istri 'hanya' di rumah, bisa makan enak, tidur nyaman, lalu mendapatkan uang tiap bulan. Namun sesungguhnya, pekerjaan rumah tangga bukanlah hal yang bisa dilakukan sambil tidur. Itu semua butuh dedikasi, waktu, dan energi.
Kesimpulan
Maka dari itu, mengapa tidak mencoba untuk mencari keseimbangan? Suami bisa tetap menjaga hubungan dengan teman-temannya, tetapi tidak sampai melupakan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga.Â
Sebagai pasangan, mereka harus saling mendukung dan menghargai satu sama lain, karena itu adalah kunci utama untuk menjaga keharmonisan dalam pernikahan.Â
Jangan terlalu mudah mengambil keputusan cerai ketika merasa tidak sepaham lagi, karena segalanya bisa dibicarakan secara terbuka.