Mohon tunggu...
Siti Nur Rahmah
Siti Nur Rahmah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

hobi baca webtoon dan mempelajari hal baru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dampak Tren Sesat di Tiktok: Kontroversi Menyayat Pergelangan Tangan pada Anak Usia Sekolah

7 Februari 2024   20:00 Diperbarui: 8 Februari 2024   18:05 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pergelangan tangan yang dibalut dengan perban (bing.com/AI Generator)

Dalam era digital yang terus berkembang, media sosial menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, khususnya di kalangan anak-anak dan remaja. TikTok, sebagai platform berbagi video singkat yang sedang populer, telah menjadi sumber hiburan dan interaksi sosial bagi banyak pengguna, terutama di kalangan anak usia sekolah. 

Namun, dalam kejayaannya, TikTok juga menjadi panggung untuk tren-tren yang kontroversial, salah satunya adalah fenomena menyayat pergelangan tangan. 

Dalam esai ini, kita akan mengulas dampak negatif tren sesat ini pada kesejahteraan mental anak usia sekolah.Tren menyayat pergelangan tangan di TikTok adalah fenomena yang sangat mengkhawatirkan. 

Video-video yang menampilkan perilaku menyayat pergelangan tangan dengan pisau atau benda tajam lainnya mendapatkan perhatian yang besar, sering kali menjadi viral di platform tersebut. 

Banyak dari anak-anak usia sekolah yang terpengaruh oleh tren ini, mencoba meniru aksi tersebut sebagai bentuk eksperimen, pencarian perhatian, atau bahkan sebagai ungkapan tekanan psikologis yang mereka alami.

Dampak pertama dari tren menyayat pergelangan tangan di TikTok adalah masalah kesehatan mental. Anak-anak usia sekolah yang terlibat dalam tren ini dapat mengalami tekanan emosional yang besar. 

Mereka mungkin menghadapi perasaan cemas, depresi, atau ketidakmampuan untuk mengelola stres secara sehat. Fenomena ini bisa menjadi pemicu atau memperburuk masalah kesehatan mental yang mungkin sudah ada sebelumnya.

Selain itu, tren ini juga memberikan dampak negatif pada lingkungan sekolah. Guru dan staf sekolah harus menghadapi tantangan baru dalam mengidentifikasi dan mengatasi perilaku menyayat pergelangan tangan di kalangan siswa. Hal ini dapat mengganggu suasana belajar dan menciptakan lingkungan yang tidak sehat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.

Orang tua juga merasakan dampak negatif dari tren sesat ini. Mereka harus lebih waspada terhadap perilaku anak-anak mereka di dunia maya dan mengambil langkah-langkah preventif untuk melindungi kesejahteraan mental mereka. 

Munculnya tren menyayat pergelangan tangan di TikTok menggiring orang tua untuk mendalami pendekatan komunikatif yang lebih terbuka dengan anak-anak mereka, serta meningkatkan pemahaman tentang kesehatan mental remaja.

Pemerintah dan regulator media sosial juga perlu bertindak tegas untuk menanggulangi tren menyayat pergelangan tangan ini. Mereka dapat menerapkan kebijakan ketat terhadap konten yang merugikan dan berpotensi membahayakan di platform seperti TikTok. Langkah-langkah preventif dan edukatif juga perlu diambil untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak buruk tren sesat ini.

Sebagai solusi jangka panjang, pendekatan holistik terhadap kesehatan mental anak usia sekolah harus diprioritaskan. Sekolah dan keluarga perlu bekerja sama untuk menyediakan sumber daya dan dukungan yang memadai bagi anak-anak yang mungkin terpengaruh oleh tren ini. Pendidikan kesehatan mental juga harus menjadi bagian integral dari kurikulum sekolah untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masalah ini.

Dalam kesimpulannya, dampak tren menyayat pergelangan tangan di TikTok pada anak usia sekolah adalah isu serius yang membutuhkan perhatian mendalam dari semua pihak terkait. Perlunya langkah-langkah preventif, edukatif, dan intervensi kesehatan mental menjadi kunci untuk melindungi generasi muda dari dampak negatif tren sesat di dunia digital yang terus berkembang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun