“Motivasinya, niatnya tidak ada, bahkan pernyataannya pun tidak ada. Yang ada adalah upaya mempolitisasi, menghadang (pencalonan Ahok di Pilkada DKI) dengan tagline penistaan agama,” tegas Neng Dara dalam konfrensi pers AMSIK di Bakoel Koffie Cikini, Jakarta (jpnn.com, 10/12).
Justru Lebih Banyak Beramal
Taruhlah bahwa Ahok benar-benar menistakan agama (Islam). Pertanyaannya, mungkinkah Ahok rela membantu (beramal) kepada orang-orang (kaum beragama) yang ia sendiri benci ini? Jika benar, maka terdapat kontradiksi internal yang sangat tidak masuk akal.
Terlepas dari menistakan agama atau tidak, hal terpenting yang patut kita catat bersama adalah bahwa Ahok telah banyak bersumbangsih demi kepentingan umat Islam sendiri. Lihat misalnya tulisan Nong Darol Mahmada. Dalam Ahok Pemimpin yang Islami, setidaknya ada 17 (tujuhbelas) daftar prestasi Ahok yang sudah terbukti bermanfaat langsung kepada umat Islam.
Selama memimpin Jakarta, Ahok telah banyak melakukan pembangunan dan revitalisasi masjid-masjid di rusun-rusun warga, juga mushollah di berbagai RPTA (Ruang Publik Terbuka Ramah Anak). Belum lagi, Kartu Jakarta Pintar (KJP) juga khusus diberikan kepada pelajar-pelajar di sekolah-sekolah Islam, serta Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat yang tertinggi.
Di samping itu, para marbut (penjaga masjid/mushollah) dan kuncen (penjaga makam) juga ikut menikmati kinerja pemimpin yang islami ini. Mereka, bahkan rencananya tahun depan, diberangkatkan umroh setiap dua bulan selaki.
Tak ketinggalan bagi para juarah Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ). Ahok memberi mereka gaji sesuai UMP (Umah Minimum Provinsi). Dan khusus di bulan Ramadhan, para pemegang KJP juga diberi diskon khusus untuk berbelanja kebutuhan-kebutuhan selama bulan suci Islam.
Terakhir, di penghujung sebelum Ahok menjadi Gubernur non-aktif karena akan mengikuti Pilkada 2017, Ahok juga sempat menutup tempat-tempat yang selama ini dianggap sebagai pusat maksiat oleh umat Islam sendiri. Segala tempat prostitusi illegal ditutup, juga tempat-tempat perdangan manusia yang sudah banyak meresahkan warga.
Melihat kenyataan di atas, masih mungkinkah bagi kita untuk tidak menyebut Ahok sebagai pemimpin yang islami? Ya, meski predikat ini tidak melulu harus kita nilai dari program kerja yang hanya menguntungkan warga beragama Islam saja, tapi juga harus dirasakan oleh mayoritas masyarakat DKI tanpa terkecuali. Dan sebagai pemimpin yang islami, mungkinkah Ahok melakukan tindakan tercela berupa penistaan agama? Mari berpikir dengan akal sehat.
Note: versi lain dari tulisan ini juga bisa dibaca dalam Ahok Tidak Menista, Justru Banyak Beramal untuk Warga Beragama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H