Mohon tunggu...
Maman A Rahman
Maman A Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepotong Senja dari Kekasih

18 Oktober 2018   09:49 Diperbarui: 18 Oktober 2018   13:28 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: muhamadazhari.com

tak ingin berpisah denganku.

Terpaksa aku ajak mereka pulang

dan tidur satu kamar denganku."

"Kamu penyair?"

"Entahlah. Aku hanya suka bercumbu

dengan kata-kata dan kesunyian."        

Davina dan Soren semakin akrab. Mereka bicara tentang apa saja. Masa lalunya, masa yang sedang dijalani dan mimpi-mimpinya.  Ini membuat Davina semakin tenggelam dan lupa bahwa waktu telah malam. Ia lupa makan, lupa mandi lupa segalanya.

Ibu Davina mengetuk pintu, tok..tok...tok... "Vin...Vin...Vina dah malam, kamu belum makan. Kamu ngapain aja di kamar?"

Davina terjaga, kaget. "Oh ya Tuhan... dah jam berapa nih."  Kamar masih gelap. Ia bangun lalu melangkah menutup jendela dan menyalakan lampu. Dia lihat jam dinding sudah jam setengah sembilan malam. Ia buka pintu kamarnya.    

Di depan pintu kamar Ibunya langsung nyemprot. "Kamu ngapain aja di kamar? Sampai lupa waktu?" Ibunya langsung menerobos ke kamar Davina. "Apa ini Vin?" Ibunya sambil melihat senja yang terbingkai. "Karena ini kamu sampai lupa waktu, lupa makan, lupa Tuhan?"  Tangan ibunya sambil meraih senja itu dan membantingnya. Braaak.....kaca bingkai senja itu hancur berkeping-keping. Serpihannya berserakan kemana-mana, ke kolong meja, ke kolong tempat tidur. Sementara sepotong senja tergolek telanjang. Tak hanya itu, dengan amarah yang membakar, Ibunya memungut senja itu membawanya keluar dan ooow ia membakarnya. Davina hanya bisa memandang senja itu tanpa kuasa mencegahnya. Api itu membakarnya lahap.

"Ibu............." Sambil tangannya menggapai. Tapi semua itu terlambat. Hanya dalam waktu beberapa menit saja senja itu telah menjadi arang. Hilang sudah ribuan kenangan yang ada di dalamnya. Davina tidak  mungkin lagi menemui si penyair eksentrik di pantai indah dan menyaksikan keindahan senja dengan para pencinta yang menikmatinya.        

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun