Mohon tunggu...
Maman A Rahman
Maman A Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Memasak Rembulan untuk Kekasih

4 Oktober 2018   15:36 Diperbarui: 4 Oktober 2018   17:13 3312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Foto: pixabay.com)

"Fi aku masak sendiri khusus buatmu. Bahannya aku petik sendiri."
"oh ya? Thanks ya say." Katanya sambil tangannya menyentuh mukaku.
"Ini adalah sop rembulan." Jelasku.
"apa? Rembulan?"
"Iya." Jawabku.
"Teksturnya lembut sekali. Ada rasa manis, pedas dan asemnya."
Tentu. Karena rembulan menjadi saksi cinta, kepedihan dan pengkhianatan.
"dapet darimana?"
"Aku menjolok sendiri di langit." Jawabku.
"Boleh nambah ya?"

Dia tuang lagi sop itu sampai menyisakan sedikit.
"Habisin aja Fi, tanggung sedikit lagi. Aku sudah."
"Iya. Enak sekali sopnya. Aku baru kali ini makan sop seenak ini. Kapan-kapan ajari aku masak seperti ini ya?"
"Okey." Kataku.
"kamu cobain lagi dong say."
Sambil menyorongkan sendok berisi daging rembulan ke mulutku.
Kubuka mulutku. Sendok pun masuk kemulutku. Bekas mulutnya, rasa bibirnya bercampur dengan rasa rembulan yang sedap dan hangat.    

"Kalau yang ini apa?" sambil tangannya ke arah piring sebelahnya.
"Oh ya itu. Goreng bintang." Kataku.
"emm... enak, gurih." Komentarnya. Jahe dan ketumbarnya terasa banget.

Akhirnya semua masakan habis. Shofi terlihat menyuap goreng bintang yang terakhir. Sementara sop rembulan sudah ludes sedari tadi.

Shofi yang duduk di depanku menutup mulutnya seperti kegelian. Tawanya pun akhirnya meledak.
"itu lihat. Jari lentiknya menunjuk ke dadaku."
"Ada apa Fi?" tanyaku kaget.
"dadamu terang banget. Sampai apa yang ada di hatimu terlihat semua."
"Masa sih?"
Shofi tertawa terpingkal-pingkal.
"Ternyata kamu pengen memeluk dan menciumku ya tadi?"
Aku pun tersipu malu.

Di dada Shofi juga  terlihat terang sekali seperti ada rembulan dan bintang-bintang di dalamnya.

Apa yang ada di hati Shofi pun terlihat dengan jelas. Aku pun tertawa geli. Shofi ingin dipeluk dan dibelai dan digendong seperti pengalaman waktu kecil digendong ayahnya.

Malam itu kami menghabiskan malam dengan bercerita banyak hal: pengalaman kuliahnya di Birmingham, dosennya, suasana kotanya, teman-teman kuliahnya, suasana kampusnya dan tetek bengek lainya. Sementara di atas langit sana hanya ada sedikit bintang. Sementara tak ada lagi rembulan di sana. Membuat malam terasa temaram.    

Jakarta, 3 Oktober 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun