Mohon tunggu...
Maman A Rahman
Maman A Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Meninggalnya Seorang Debt Collector

28 September 2018   15:21 Diperbarui: 28 September 2018   15:51 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu Pak Omy sangat baik dan mesra terhadap istrinya. Ia menawarkan kepada Istrinya ayo kemana lagi ia siap mengantarnya. Tumbensuaminya semesra dan seromantis itu pikir istrinya. Malam itu terasa indah nian bagi pasangan  suami istri itu. Setelah pulang ke rumah, mereka menikmati malam yang sangat indah. Tak ada kejadian apa-apa sampai pagi.

***

Pagi pun berjalan seperti biasa. Istrinya belanja ke tukang sayur, memasak dan menyiapkan kebutuhan anak-anak sekolah. Pak Omy pun seperti biasa. Menyambut matahari pagi dengan  berlari-lari kecil di halaman sebelah rumah. Setelahnya menghangatkan  NMAX warna merahnya dan mengantar anak-anak berangkat ke sekolah.

Setelah itu, istrinya mendapatkan suaminya tergeletak dekat tempat tidur. Ia pun kaget dan berteriak meminta tolong.  Tetangga yang mendengar berlarian menuju sumber suara. Mereka membantu mengangkat Pak Omy ke mobil untuk dibawa ke Rumah sakit.

Saat ini, jenazah Pak Omy sudah sampai ke rumah. Ia dibaringkan di ruang tengah. Terlihat wajahnya pucat pasi seperti cat rumah kontrakannya. Orang-orang melayat tak ada hentinya mengaji dan mendo'akan almarhum. Keluarga memberi tahu, hari ini juga jenazah akan diterbangkan ke Ambon. Mereka sedang mengurus segala sesuatunya.  

Saudara-saudaranya, tetangga dan warga sekitar masih tidak percaya akan kepergian Pak Omy. Masih kebayang wajahnya yang dipenuhi senyum melintas di depan kami. Teman-teman Bery katanya ingin turut mengantar jenazah sampai ke bandara. Isak tangis masih terdengar dari sanak saudara handai tolan. Suara ambulan memecah keheningan. Jenazah dibawa ke bandara. 

Raungan ambulan menyayat hati. Kami yang ditinggal hanya melambaikan tangan sembari berucap Selamat jalan pak Omy. Semoga Bapak damai di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan.

Kini, hari ini, tepat dua tahun sudah Pak Omy pergi meninggalkan kami semua. Selama dua tahun pula kami tak bersua dengan keluarga Pak Omy. Mereka sekarang menetap di Ambon, di Makassar entah dimana lagi. Apa kabar Mamah Ita, Bery si pemberani, Ibra si penyayang dan oh... Ema si cantik sedang apa kalian di sana? Semoga kalian baik-baik saja dimana pun kalian berada.

Khusus untuk Pak Omy, kukirimkan hadiah al-fatihah untukmu.

Jakarta, 28 September 2018                                        

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun