Mohon tunggu...
Maman A Rahman
Maman A Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dicari Perempuan Pewaris Nabi

30 November 2010   03:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:10 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” Ad-Darimi di dlm Sunan- Abu Dawud no. 3641.

Hadis tersebut memberitahukan bahwa ulama akan mendapat warisan dari nabi. Ulama tidak menunjuk pada jenis kelamin tertentu. Bisa laki-laki, bisa juga perempuan. Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapat warisan tersebut.

Apa yang diwariskan nabi? Pertanyaan ini nungkin akan muncul dalam pikiran kita. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa nabi tidak mewariskan dinar atau dirham. Para nabi mewariskan ilmu. Barang siapa mendapatkan warisan tersebut sesungguhnya ia telah mengambil bagian yang banyak. Demikian sebuah hadis menjelaskan.

Dengan ilmu yang dimiliki, ulama diharapkan menjadi contoh yang baik bagi umatnya. Sebagaimana para nabi, mereka mempunyai pengetahuan yang dalam tentang agama yang dibawanya. Mempunyai komitmen yang kuat untuk mengamalkan dan membagi pengetahuan yang dimilikinya. Demikian juga dengan ulama, dengan ilmu yang dimilikinya diharapkan menjadi dian dikala gelap, lentera bagi umatnya. Membagi ilmu yang dimiliki dengan berbagai media yang ada. Ceramah maupun menulis buku sehingga bisa dibaca oleh umat dari berbagai generasi.

Seorang ulama juga diharapkan menjadi contoh dalam berkomitmen pengabdiannya pada Allah Yang Maha Kuasa. Segala upaya yang dilakukannya semata-mata karena cintanya kepada sang pencipta. Tidak ada yang ditakutinya di dunia ini selain kemurkaan Allah. Tidak ada yang diharapkannya di dunia ini hanya semata keridlaanNya.

Ulama juga diharapkan mempunyai integritas moral yang tinggi. Sebagai pewaris nabi, ulama dituntut bisa memberikan contoh bagi umatnya. Shiddiq bersiafat benar, baik dalam tutur kata maupun perbuatannya. Amanah (dapat dipercaya), artinya, bersifat jujur dalam menerima ajaran Allah SWT, serta memelihara keutuhannya dan menyampaikannya kepada umat manusia sesuai dengan kehendak-Nya. Mustahil mereka menyelewengkan atau berbuat curang atas ajaran Allah SWT. Tabligh (menyampaikan), artinya menyampaikan seluruh ajaran Allah SWT sekalipun mengakibatkan jiwanya terancam. Fathonah (cerdas), artinya bijaksana dalam semua sikap, perkataan dan perbuatannya.

Ulama juga diharapkan mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap persoalan umat manusia. Kita semua tahu, banyak sekali persoalan kemanusiaan menanti empati sentuhan pembelaan dari para ulama. Persoalan perempuan juga menumpuk dihadapan kita semua. Dari pelecehan, kekerasan dalam rumah tangga, traficking, buruh migran dan banyak lagi. Persoalan-persoalan tersebut terkadang ketika ditangani oleh ulama laki-laki kurang menyentuh ke persoalan paling dalam yang dihadapi perempuan.

Seperti persoalan poligami, kekerasan dalam rumah tangga, nikah sirri, nikah dini dan banyak lagi persoalan perempuan yang berkaitan dengan tubuhnya. Persoalan-persoalan tersebut membutuhkan pendekatan dan penanganan yang disertai dengan empati dan sensitifitas yang tinggi. Perempuanlah yang bisa merasakan itu semua. Untuk itu, ulama-ulama perempuan yang mempunyai kepedulian, empati sangat dibutuhkan kehadirannya.

Selain itu, fatwa dan kebijakan yang sensitif terhadap persoalan perempuan juga membutuhkan kehadiran sosok ulama perempuan. Fatwa atau kebijakan yang meminggirkan perempuan sudah saatnya dilihat kembali dan disesuaikan dengan nilai-nilai kemusiaan. Karena agama hadir untuk mengangkat tinggi-tinggi nilai nilai itu. Dalam moment hari anti kekerasan terhadap perempuan (25/11) dan menyongsong hari Hak Azasi Manusia (10/12) saatnya kita memperbaharui komitmen kita untuk tetap peduli terhadap persoalan perempuan dan kemanusiaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun