Mohon tunggu...
Man Suparman
Man Suparman Mohon Tunggu... w -

Man Suparman . Email : mansuparman1959@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Era Internet dan Medsos, Hingga Generasi Y juga Z

11 Agustus 2017   08:04 Diperbarui: 12 Agustus 2017   10:44 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEORANG kawan bercerita, ketika ada kecelakaan kendaraan, beberapa orang warga masyarakat yang menyaksikan kecelakaan tersebut, saling bertanya sesama warga. Tanyanya, apakah kecelakaan ini, beritanya  sudah ada atau belum ?

Lalu diantara mereka membuka hand phone (HP) atau telepon pintarnya, mencari berita tentang kecelakaan tersebut pada laman medsos, facebook dan akun What's App (WA) miliknya. Iya pun menyatakan bahwa berita kecelakaan itu, sudah ada di WA yang dibuat oleh netizen pemilik akun WA.

Itulah yang disebut berita oleh kaum muda era sekarang (sebut saja era medsos). Mereka tidak mencari berita dan tidak menyebut yang namanya berita yang dimuat media mainstream atau media arus utama (media cetak), tetapi lebih suka membaca atau memburu berita pada medsos yang kebenarannya banyak yang  diragukan, bahkan banyak berita hoax.          

Kenapa berita-berita di medsos yang diunggah oleh warga banyak yang meragukan ? Tentunya karena mereka bukan profesional yang tidak dididik  ilmu jurnalistik, sehingga terkadang informasi atau berita yang dibuatnya sering ngawur sehingga tidak dapat dipertanggungjawabkan. Apalagia yang namanya berita hoax berseliweran di medsos banyak merugikan masyarakat, terutama masyarakat yang begiu mudah atau memercayai informasi dari medsos ditelan bulat-bulat.

Generasi sekarang atau generasi medsos atau generasi gadget, mereka nyaris tidak pernah membaca media arus utama, mereka dalam mencari informasi atau berita lebih memanfaatkan medsos yang sangat cepat dapat dibaca dalam waktu singkat, jauh berbeda dngan media arus utama seperti media cetak yang harus menunggu esok pagi mengunjungi pembaca.

Kondisi seperti itu, sangat beralasan, jika kedepan media arus utama seperti media cetak koran dan majalah bakal mengalami kebangkrutan. Kondisi seperti itu pun, mengancam pada media gratis seperti televisi tradisional, boleh jadi suatu saat nanti bakal ditinggalkan oleh masyarakat.

Wina Armada Sukardi, (Harian Pelita, 10/8/2017) mengemukakan, para penganut Teori Generasi yang diprakarsai sosiolog Hungaria bernama Karl Mannhein dalam esainya berjudul "The Problem of Generation" pada 1923, secara umum mengupas tentang  teori generasi meliputi dan menempatkan generasi yang namanya generasi, yaitu ada generasi yang disebutnya generasi  Z adalah mereka yang lahir periode 1995-- 2010.

Yang disebut generai Z yang masih bersekolah atau duduk di tahun pertama perguruan tingggi. Generasi Z memiliki keistimewaan lahir pada era internet atau siber suatu era yang informasi sangat mudah diperoleh secara gratis. Mereka disebut juga generasi millennial. Ada juga generasi Y atau generasi Post Millenial lahir periode 1981 -- 1994.

Badan Pusat Statistik [BPS] memprediksi di Pulau Jawa saja pada tahun 2020 Generasi Z akan menyentuh 61, 8 persen populasi dan saat itu sudah berada di kisaran 59 persen. Dengan karakter pola piker dan perilaku yang sudah sangat digital berbasis teknologi tinggi. Mereka hamper tak lagi membutuhkan pers konvesnional seperti koran dan majalah cetak. Lebih jauh lagi mereka dimasa depan mereka juga sudah meninggalkan siaran televisi tradisional gratis.

Presiden Jokowi, saat memberi kuliah umum di Univesitas Ahmad Dahlan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 22 Juni 2017, menegaskan generasu Y dan generasi Z akan mengubah politik dan ekonomi nasional dalam waktu lima hingga 10 tahun ke depan, mana mau beli koran. Mereka tidak perlu media cetak, karena cukup mencari berita di telepon seluler pintarnya. Mereka juga tidak minat membaca berita dengan urutan berita yang disajikan media cetak. Generasi Y dan Z tahu, apa yang mereka mau.

Nah, sekarang ini, belum lima tahun atau 10 tahun mendatang yang diperkirakan banyak media cetak yang bangkrut dengan semakin maraknya media pada era  internet  atau era medsos seperti media online, medsos, media cetak mulai banyak yang oplahnya turun, terancam mengalami kebangkrutan, karena kekurangan peminat, pembaca, pelanggan, kecuali media arus utama yang bermodal kuat yang kaya dengan inovasi-inovasi. Bahkan di ibu kota, ada media cetak nasional dan legendaris  yang sudah yang bangkrut, mungkin salah satu penyebabnya, karena kalah bersaing pada era internet sekarang ini. Wallohu'alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun