MULAI jam 03. 00, WIB, menggodok dan mengaduk-ngaduk bubur ayam yang terbuat dari beras di dalam “dalung”. Menggodok dan mengaduk-ngaduk olahan bubur ayam ini, berlangsung hingga waktu subuh tiba.
Sedangkan dibagian lain istrinya mempersiapkan bumbu-bumbu, menggoreng kerupuk, dan kebutuhan lainnya untuk mempersiapkan bubur ayam sebelum dijual.
Aktivitas itu, secara rutin dilakukan oleh Agus (36) dibantu istrinya, pedagang bubur ayam yang setiap pagi magkal di Jalan Raya Sukabumi, Warungkiara, Cianjur.
Agus hanya berjualan bubur pada pagi hari saja. Setiap hari menghabiskan beras 3, 5 liter untuk bahan baku bubur ayam. Hasil berjualan bubur ayam, katanya cukup untuk menghidupi istri dan anaknya yang masih sekolah dibangku sekolah dasar .
Pedagang bubur ayam yang merupakan makanan khas Cianjur ini, banyak didapatkan atau tidak sulit mencarinya. Di kota Cianjur di sepanjang jalan, di mulut-mulut gang di dalam pemukiman penduduk baik di dalam kota kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan banyak didapat tukang bubur ayam.
Bubur ayam pada umunya dijajakan pada waktu pagi hari baik di dalam gerobak maupun di kios-kios. Penggemarnya mulai dari anak-anak, orang tua hingga kakek-kakek nenenek. Balita pun sarapan paginya biasanya sudah diberi bubur ayam.
Harga semangkuk bubur ayam mulai dari porsi balita Rp. 2.000,-,sampai porsi murah untuk orang tua mulai dari Rp. 5. 000. s/d Rp. 15. 000 per mangkuk, bahkan ada yang lebih mahal. Harga bubur ayam yang agak mahal ini, biasanya bubur ayam spesial dan sudah terkenal banyak dikerumuni pembeli.
Boleh jadi, karena bubur ayam Cianjur sudah merupakan makanan atau kuliner khas Cianjur yang setengah wajib disantap, tidaklah heran jika setiap pagi, sore, petang dan malam, para pedagang bubur ayam banyak dikerubuti pembeli.
Pembeli bubur ayam Cianjur ini, dari pelbagai golongan masyarakat dari rakyat bawah hingga kelas tingggi, dari yang berjalan kaki hingga yang naik mobil. Pemandangan seperti itu, diantaranya akan terlihat seperti Bubur Ayam Lestari di Jalan Dr. Muwardi, Bubur Ayam Sampurna di Jalan Bojongmeron, Bubur Ayam Juljol di Jalan Raya Sukabumi, Pasir Hayam.
Namun pada kebanyakan bubur ayam yang sekarang ini banyak disajikan, sudah meninggalkan ciri atau khas yang lama bubur ayam Cianjur. Kalau dulu dilengkapi dengan pais (pepes) jeroan terdiri dari usus, ampela ati dan bawang daun. Pedagang bubur ayam yang dilengkapi dengan pepes jeroan dapat dihitung dengan jari.
Uniknya di kota ini pun ada yang namanya Bubur Ayam Encer, karena banyak airnya. Namun rasanya sedap sekali, karena ditaburi banyak daun seledri bawang, sewiran daging ayam. Tentunya, dilengkapi pula dengan pepes jeroan. Bisa ketagihan.
Bubur Ayam Encer ini, dijualhanya pagi hari hingga pukul 09. 00 WIB atau sekitar pukul 10. 00 WIB, yaitu di Jalan Moch. Ali Cikidang, tepatnya sebelah kiri sebelum pintu kereta api dari arah Sianghay. Bubur Ayam Encer ini pun sangat digemari oleh pelbagai kalangan masyarakat.
Ditengah-tengah kekhasan kota Cianjur dengan bubur ayamnya, ternyata ada juga pedagang bubur ayam "penyusup", yaitu Bubur Ayam Sukabumi di Jalan H.O.S Cokroaminoto, mewarnai khasanah per-bubur ayam-an di kota yang juga terkenal dengan langgam Sunda Mamaos Cianjuran-nya itu.
Baik bubur ayam khas Cianjur maupun bubur ayam "penyusup" asal Sukabumi yang berlabel Bubur Ayam Sukabumi, rasana dan aromanya sama-sama sedap, enak disantap. Hmmm, mantap.
0000