Mohon tunggu...
Raja Mamank Septian
Raja Mamank Septian Mohon Tunggu... -

Beda itu kreatif

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Milenial Itu Pembunuh Kaum Primordial di Pilkada

28 Juni 2018   21:18 Diperbarui: 29 Juni 2018   09:30 2647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tribunjateng/adi prianggoro

Mereka hanya sibuk memasang spanduk dengan foto kandidat dan partai-partai pengusung serta tak lupa menyertakan slogan dan visi-misi yang selama ini dinilai oleh kaum pemuda hanya tak lebih dari sekadar penghias jalan.

Lebih dari itu di zaman ini kita masih disuguhkan dengan politik primordial.

Padahal, ada yang terlupa bahwa zaman ini bukanlah "zaman primitif" atau zaman politik primordial yang mana mempersuasi pemilih dalam arena politik atau urusan publik semata berdasarkan ras, suku bangsa, agama, mayoritas, minoritas. 

Contoh sederhana ialah adanya kecenderungan memilih pasangan calon tanpa melihat kapasitas dan integritas. Memilih paslon hanya karena kedekatan kerabat, tetangga bahkan satu desa atau wilayah sampai pada pengaruh partai yang ideologinya masih kental di wilayah tersebut.

Ikatan primordial ini memang sebuah perasaan yang lahir dari yang dianggap ada dalam kehidupan sosial, sebagian besar dari hubungan langsung dan hubungan keluarga.

Namun bagi kaum yang terdidik, hal yang tradisional ini tak berpengaruh. Mereka adalah kaum yang berpikir terbuka dan rasional.

Dengan melihat hasil quick count (walaupun hanya representatif sementara) pilkada pada beberapa daerah di Indonesia, terlihat bahwa kita sudah berada pada zaman millennial. Zaman yang modern dan berpikiran terbuka, kita tidak akan menutup mata dan telinga menerima realitas serta pilihan hati nurani.

Kita juga memilih bukan karena partai, kita memilih karena kualitas ketokohan atau figur calon tertentu yang dianggap sebagai figur "kekinian". Kita ini adalah pemuda "jaman now" yang terdidik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun