Mungkinkah kamu akan terus mengingatku ?
Hujan telah menyisakan wewangian alam, rumput basah, tanah merah yang basah, daun-daun berwarna hijau, semuanya menguarkan bebauan khas alam, wewangian berbau kehidupan.
Kita berdua tahu, bahwa kita telah menitipkan kenangan dan semua cerita tentang kita pada alam. Cerita konyol dan kelakarmu, cerita sendu dan sedihku, dan semua keriaan milik kita telah menyatu bersama alam semesta.
Kita mencoba memaknai tentang kita, tentang kehidupan, harapan, mimpi yang menggantung. Kita tidak bicara sepatah katapun, cuma tanganmu yang menggenggam tanganku, erat dan bermakna, cuma kita berdua dan sinar kemerahan matari yang hampir pupus ditelan senja. Oh mungkinkah kamu akan mengingat itu semua ...
Saat ini, kesunyian menderaku...
Dan hembusan angin pagi mengantarkan cerita manis tentang kamu, tentang kita, terasa lembut tapi menyakitkan diwaktu bersamaan. Manalah mungkin aku melarikan diri dari tiupan angin. Dan sinar kemerahan matari yang hampir tenggelam semakin menenggelamkanku begitu lebur kedalam lingkaran kenangan, dan aku sesak...mengingat nafasmu yang memburu ditelingaku.
Aku ingin semesta menelanku, hilang bersama semua kenangan tentang aku, kamu dan matari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H