Mohon tunggu...
Abdur Rahman S.T.
Abdur Rahman S.T. Mohon Tunggu... Lainnya - ASN Bagian Pengadaan Pemerintah dan Blogger

Seorang Insinyur Industri | Certified National Procurement Expert from LKPP RI | Certified Digital Marketing Specialist | ASN Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah | System Analyst | Freelancer: Menulis, Pembuatan Landing Page, Website, Perancangan Sistem Informasi | Founder Banktryout.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Wisata Literasi: Buah Praktik Merdeka Belajar Berbasis Kebudayaan Lokal

31 Mei 2023   21:47 Diperbarui: 31 Mei 2023   22:18 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prinsip utama dari pendekatan ini adalah jika pengetahuan, keterampilan, sikap mental, dan jaringan menjadi fokus utama proses belajar, maka ruang kelas bukanlah satu-satunya tempat di mana siswa belajar. Ada laboratorium yang lebih lengkap di luar sekolah, seperti lahan pertanian, tambak, peternakan, usaha kecil dan perusahaan, kegiatan sosial, praktik belajar, proses demokrasi, penegakan hukum, hingga bidang rekayasa teknologi dan energi.

Dengan memanfaatkan setiap entitas dalam masyarakat sebagai sumber belajar, dengan pemilik atau pengelolanya sebagai pendamping belajar, sekolah dapat memperoleh pelajaran dan praktik terbaik yang biasanya tidak dimiliki oleh sekolah itu sendiri. Melalui kolaborasi dengan masyarakat dalam proses pembelajaran, sekolah dapat mengurangi beban transfer pengetahuan yang tidak relevan.

Berbagai kelas tematik dirancang agar siswa dapat berinteraksi langsung dengan sumber pembelajaran mereka, serta membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan dengan tantangan dan permainan. Beberapa kelas tematik tersebut mencakup Kelas Literasi dan Numerasi, Kelas Musik, Kelas Hidroponik, Kelas Budidaya Lobster, Kelas Content Creator, Kelas Bahasa, Kelas Sains, dan Kelas Explorasi Alam.

Sekolah dapat memilih berbagai kelas tematik sesuai dengan implementasi kurikulum Merdeka Belajar, sehingga guru tidak hanya terpaku pada buku teks, tetapi dapat melakukan eksplorasi metode pembelajaran. Keberagaman sumber pembelajaran yang berbasis lokal membuat siswa lebih antusias karena mereka secara langsung dihadapkan pada tantangan untuk menyelesaikan proyek pembelajaran yang dikerjakan secara bersama-sama.

Keberadaan komunitas dan masyarakat sebagai pusat pembelajaran menjadi aspek penting dalam mewujudkan pembelajaran yang bermakna. Siswa juga didorong untuk mengembangkan pemahaman dan pengetahuan awal mereka melalui proses pembelajaran, lalu mereka dipicu untuk menambahkan, memodifikasi, memperbarui, merevisi, atau mengubah informasi baru yang mereka temui selama proses belajar.

Penerapan pembelajaran melalui program Wisata Literasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara kontekstual. Pendekatan pembelajaran kontekstual ini bertujuan agar siswa dapat menghubungkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata, dan pada akhirnya mendorong siswa untuk membangun keterkaitan antara pengetahuan yang mereka miliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Dengan pendekatan ini, siswa akan belajar dengan lebih baik jika materi yang mereka pelajari berhubungan dengan fenomena atau realitas yang sudah mereka ketahui. Pendekatan ini dikenal sebagai Project-Based Learning, sebuah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai sarana untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diinginkan oleh peserta didik.

Prinsip utama dari pendekatan ini adalah menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa ketika mereka melakukan investigasi mendalam terhadap suatu topik. Dengan cara yang konstruktif, peserta didik melakukan eksplorasi atau penelitian lebih lanjut terhadap permasalahan dan pertanyaan yang signifikan, nyata, dan relevan.

Sebagai contoh, kita dapat melihat salah satu kelas tematik dalam program Wisata Literasi, yaitu Kelas Hidroponik. Para siswa, dalam kelompok, diberikan pengetahuan tentang proses bercocok tanam hidroponik dengan melihat secara langsung tahapannya mulai dari pemilihan bibit, penyemaian, transfer media tanam, pemberian nutrisi, hingga panen sayuran. 

Setelah itu, para siswa menyelesaikan tantangan kelompok dengan menjawab beberapa pertanyaan, salah satunya adalah mengevaluasi kelebihan dan kelemahan bercocok tanam menggunakan teknik hidroponik.

Selanjutnya, para siswa juga diberikan kesempatan untuk membuat makanan olahan menggunakan sayuran yang telah mereka panen. Dengan bimbingan fasilitator atau guru, anak-anak didampingi dalam membuat produk makanan sehat seperti kebab, burger, salad, bistik, dan lain-lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun