Karakter adalah penanda jiwa. Ali Sadikin disebut Sukarno punya karakter koppig, keras kepala. Menuruti hati dan pikiran dalam membela kebenaran yang diyakininya untuk kepentingan masyarakat.
Rizal Ramli itu koppig sehingga dia direshuffle karena membela kebenaran. Dia mengkritik reklamasi, menghentikan operasional Pulau G karena pengembang yang tidak lain adalah para cukong melakukan pelanggaran berat, karena merusak lingkungan, mengancam keamanan kabel bawah laut/instalasi publik, merampas hak hidup nelayan, dan sedemikian rakus memakan apa saja untuk mendapat untung. Bahkan demi untung itu, DPRD Jakarta mereka sogok.
Selasa malam 26 Juli 2016 yang lalu, sebelum waktu menunjukkan pukul sembilan, Rizal Ramli akhirnya ‘’dieksekusi’’ di istana. Menurut kabar yang beredar di lingkungan Sesneg, ‘’eksekusi’’ berlangsung kurang dari sepuluh menit. Jokowi didampingi Jusuf Kalla, ‘’sponsor’’ utama dan yang paling gigih menginginkan Rizal dihabisi dari kabinet.Â
Rizal Ramli yang ksatria akhirnya menjadi pemenang yang berdiri secara terhormat dengan Mahkota Kebenaran. Esoknya, Rabu 27 Juli 2016, kabar direshuffle-nya Rizal diterima masyarakat bukan saja sebagai sebuah kabar dukacita demokrasi karena matinya nilai-nilai kebenaran di negeri ini saat ini, melainkan dimaknai juga sebagai momentum telah lahirnya seorang Negarawan yang ikhlas dalam membela kepentingan rakyat…Â
Siapa sebenarnya Rizal Ramli?
Sejak usia enam tahun Rizal Ramli ternyata sudah yatim piatu. Dalam usia yang masih kanak-kanak Rizal telah merasakan sebenar-benarnya makna ungkapan Via Dolorosa, jalan kesedihan.
Tanpa ayah dan ibu Rizal kecil kemudian naik kapal laut menuju Jakarta. Di Tanjung Priok Rizal disambut sang nenek yang kemudian mengasuhnya dan tinggal di Kota Hujan, Bogor.
Neneknya yang butuh huruf yang ingin sekali mengetahui banyak hal dan selalu meminta Rizal kecil membacakan berita-berita suratkabar bukan hanya membesarkannya dengan kasih sayang tetapi juga mengajarkannya nilai-nilai kemandirian.
Dalam serba keterbatasannya misalnya Rizal mempelajari bahasa Inggris yang kini sangat dikuasainya dari Radio BBC, dan saban hari sambil berangkat ke sekolah Rizal menghafal kata per kata bahasa Inggris hingga perbendaharaan katanya dari waktu ke waktu bertambah banyak. Sejak SD Rizal juga jago matematika dan fisika, menyukai ilmu sejarah, dan suka sama Albert Einstein.
Waktu kuliah di ITB Rizal sempat buka biro penerjemah buat menambah biaya kuliah, mengalami banyak sekali kisah hidup yang unik dan menarik, hingga antara lain menjadi pimpinan Dewan Mahasiswa ITB yang menyebabkan dia dikejar-kejar Soeharto dan dijebloskan di penjara yang merupakan penjara ‘’almamaternya’’ Sukarno, penjara Sukamiskin, Bandung.
Singkatnya, kisah hidup Rizal bukan hanya penuh dengan ‘’perkelahian’’ dalam membela nilai-nilai kebenaran sejak dia mahasiswa, jadi aktivis, jadi ekonom, dan jadi pejabat tinggi negara, tetapi kisah hidupnya juga penuh hal-hal yang romantik.Â