Mohon tunggu...
Mamang M Haerudin
Mamang M Haerudin Mohon Tunggu... lainnya -

Guru Ngaji

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

15 Kekecewaan dengan Film Assalamu’alaikum Beijing, Beneran!

17 Januari 2015   06:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:58 4759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mamang M. Haerudin

Sudah lama saya tidak menonton film di bioskop, tetapi bulan Januari ini saya menonton dua film; pertama, film 7 hari 24 jam, dua, film Assalamu’alaikum Beijing. Kalau dengan film 7 hari 24 jam sih jangan tanyalah, namanya juga bukan film Islami, hehe. Ini yang mau saya bahas adalah film Assalamu’alaikum Beijing. Hmm, dari judulnya saja Islami atau syar’i banget. Betul nggak?

Langsung saja ya, di mana coba letak tidak Islami-nya:

Pertama, pakaiannya tidak Islami. Asma (pemeran utama film ini) masih pakai celana panjang yang masih tampak ketat, jilbabnya pendek, bajunya juga tidak menjulur ke bawah. Kedua, di film itu ada adegan makan sambil berjalan. Padahal, dalam Islam kan makan itu harus pakai akhlak. Ketiga, Asma dengan Cungcung kan bukan muhrim, meskipun alasannya di sana karena Cungcung menjadi ‘guide’-nya Asma. Ah, itu mah modus, hehe. Masa guide nampak seperti pacaran. Ngobrol berdua, di tempat sepi lagi.

Keempat, menampilkan sosok non-Muslim yang baik, dalam hal ini Cungcung, yang diperlihatkan sedang membereskan sandal di masjid. Kelima, Asma ngasih peci ke non-Muslim (Cungcung), padahal kalau non-Mulim ngasih barang ke Muslim pasti dikecam, dilarang. Keenam, Asma pernah bohong, ia bilang nggak buka dan baca email Dewa, padahal aslinya dibuka dan dibaca.

Ketujuh, Lagunya juga nggak Islami, bukan sholawatan atau pakai lafadz-lafadz bahasa Arab. Kedelapan, Asma main ke kuil, kok boleh? Sementara saat Cungcung nganter Asma ke masjid, non-Muslim dilarang masuk masjid. Memangnya non-Muslim najis ya? Kesembilan, Asma terbukti mau berteman dengan Atheis, non-Muslim. Hmm. Kesepuluh, Asma pacaran dengan Asma, terutama ketika naik sepeda berdua. Kesebelas, menampilkan cerita patung Ashima, bahkan menurut saya inilah inspirasi penting dari film ini. Yakinka kalau patung Ashima itu Muslim?

Keduabelas, Cungcung masuk Islam sepertinya karena cinta sama Asma deh. Bukan karena kesadaran sendiri (maaf ya saya su’uzhon). Hehe. Ketigabelas, Anita tidak pakai pakaian Islami. Katanya film Islami, harusnya pemeran film itu pakai hijab semua dong? Keeempat belas, Asma Nadia (penulis buku Assalamu’alaikum Beijing)ini harus menanggung dosa, karena mengabsahkan adegan berpelukan antara Asma dan Cungcung, padahal kan keduanya bukan muhrim. Nggak ada alasan, “ini kan tuntutan film.” Ah nggak bisa gitu.

Terakhir, sudah sering kali masyarakat yang katanya Islami, membanding-bandingkan film Merry Riana dengan film Assalamu’alaikum Beijing. Katanya film Merry Riana biasa saja alias tidak bagus, karena ia non-Muslim. Sementara film Assalamu’alaikum Beijing, nama judulnya saja sudah Islami, apalagi isi film-nya. Kalau masih ada yang punya anggapan begini, baca lagi tulisan saya di atas ya. Hehe.

Mohon ingatkan saya kalau saya berlebihan atau ada kekeliruan dalam pembahasan di atas. Terimakasih. Wallahua’lam bis-Shawab. J

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun