Mohon tunggu...
Maman Abdurrahman
Maman Abdurrahman Mohon Tunggu... Editor - pld

jalan

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Sejarah Cicalengka

23 Januari 2025   20:12 Diperbarui: 23 Januari 2025   20:12 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut sumber-sumber yang mengulas sejarah Cicalengka, tempat ini sempat jadi "tempat persinggahan" tokoh-tokoh penting.

 

  

 

Saya menemukan salinan peta lama yang menggambarkan Jakarta, Kabupaten Cianjur, Bandung, Timbanganten, Batulayang, Parakanmuncang, dan Karawang. Judulnya "Caart eeniger ryken gelegen op het eyland Groot Java bestaande in het Koningryk Jaccatra de regentschappen Tjanjoer, Bandong, Timbanganten en Batoelejan als mede een gedeelte van Parrakkanmoentjang en Crawang". Dua peta identik berkode KK 164-05-10 dan D D 54,4 itu merupakan salinan dari peta yang dibuat Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC) pada abad ke-18.

 

Dari peta itu ada yang membuat saya tercengang. Betapa tidak, setelah dicermati secara saksama, saya melihat gambar yang menyerupai danau berbentuk lonjong memanjang yang membentang dari arah timur ke arah barat. Tepian di sebelah timurnya antara lain Tanjonglaja, Bodjong, Tjiekaligge. Sebelah utaranya antara lain Tjietariik, Rantja, Sangian, dan sebelah selatannya antara lain Tjisookan Kopo.

 

O ya, gambar danau itu berada di Kabupaten Parakanmuncang dan yang membuat tercengang-cengang adalah Tanjonglaja itu tiada lain saya identifikasi sebagai Desa Tanjunglaya, tempat saya dibesarkan sejak kecil. Identifikasi tersebut berdasar karena nama-nama tempat dan sungai yang disebutkan di atas termasuk berdekatan dengan Tanjunglaya. Misalnya Bojong yang tentu saja berada di Desa Cikasungka sekarang, Tjiekaligge atau Cikalage yang termasuk Desa Hegarmanah. Rupa-rupanya pada abad ke-18, sawah-sawah yang sekarang membentang dari Tanjunglaya ke arah Slammania dan Tjikarro di sebelah barat merupakan danau luas.

 

Baca Juga: Pohon Ki calung Sudah Tidak Dikenali Masyarakat, Tapi Abadi dalam Toponimi

         

Fakta menarik lainnya saya jadi tahu wilayah yang kini termasuk Kecamatan Cikancung (induk Desa Tanjunglaya), Kecamatan Paseh, Kecamatan Majalaya, Kecamatan Cicalengka, dan Kecamatan Cimanggung (di dalamnya Parakanmuncang saat ini) pada 1700-an termasuk ke wilayah administratif Kabupaten Parakanmuncang. Bukan seperti saat ini kebanyakan kecamatan tersebut masuk ke dalam wilayah administratif Kabupaten Bandung dan Kecamatan Ciamanggung masuk ke Kabupaten Sumedang.

 

Berawal dari peta itulah saya tergelitik untuk menggali informasi masa lalu Cicalengka. Karena setelah melakukan penelusuran data lama dan berusaha mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi, ternyata banyak hal menarik yang dapat saya petik terkait sejarah masa lalu Cicalengka. Misalnya ihwal cakupan administratifnya yang mengalami transformasi. Bila kini Cicalengka berupa kecamatan di sebelah timur Kabupaten Bandung, tetapi antara 1871 hingga 1901, wilayahnya terbilang sangat luas, karena mencakup beberapa wilayah di Garut, yaitu Baluburlimbangan, Timbanganten dan Cikembulan.

 

Penelusuran Data Lama

 

Dari penelusuran data lama, semula Cicalengka termasuk ke dalam Tatar Ukur. Namun, setelah Ukur hancur dan terbentuk Kabupaten Sukapura, Bandung, dan Parakanmuncang sebagai pecahannya antara 1633-1641, Cicalengka dimasukkan ke Parakanmuncang. Lalu setelah Parakanmuncang dibubarkan T.S. Raffles pada 1813, Cicalengka dimasukkan ke Kabupaten Bandung. Setelah Reorganisasi Priangan tahun 1871, Cicalengka dijadikan sebagai salah satu afdeeling di Priangan, yang meski masih berada di Kabupaten Bandung, tetapi memiliki kemandirian karena di sana ditempatkan asisten residen, pejabat Belanda bawahan residen Priangan dan biasa mendampingi bupati. Karena itulah, antara 1871-1901, di Cicalengka ada jabatan zelfstandig patih (patih mandiri).

 

Dari sisi produksi hasil bumi, seperti daerah lainnya di Priangan, Cicalengka adalah salah satu sentra perkebunan kopi yang diusahakan secara tanam paksa (Preangerstelsel) sejak VOC mencanangkannya pada 1706 dan tempatnya salah satu perkebunan kina milik pemerintah setelah diuji-coba oleh J. Karl Hasskarl (1811-1894) dan berhasil dilakukan oleh F.W. Junghuhn (1809-1864) pada pertengahan abad ke-19. Oleh karena itu, tidak mengherankan di Cicalengka ada gudang kopi, yang menurut salah satu peta Jawa dari abad ke-19, letaknya di Ciayunan (antara Desa Cicalengka Wetan, Desa Babakan Peuteuy, dan Desa Cicalengka Kulon). Dari gudang tersebut, kopi diangkut ke gudang besar di daerah Karangsambung (Sumedang) dengan menggunakan pedati kerbau.

(sumber artikel Atep Kurnia)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun