Mohon tunggu...
Abdurohman Sani
Abdurohman Sani Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa dengan Hukum

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta dan Debu di Bukit Sinai

28 Desember 2022   10:16 Diperbarui: 28 Desember 2022   10:32 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

CINTA DAN DEBU DIBUKIT SINAI

Duhai kawan...
Apa yang terjadi Aku  benar-benar tidak tahu, kurasa hal ini terjadi dalam beberapa kisah cinta.
Yah... Sesuatu telah terjadi tak seorang pun mengenalinya.

"Tetapi jika ini sebuah romansa dan sebaik baik perjanjian, biarlah tergenapi, maka biarkanlah ku temui api yang berkobar.[1]
Peganglah tanganku selama lamanya, mari kita terus berbicara[2] selama kita bisa, mari kita duduk di sini melihat satu sama lain[3] menikmati anggur hingga lunglai tak sadarkan diri bersama debu-debu gunung berhamburan"
"Ya tuhanku. Ampunilah aku. ia kembali tersadar."

Apakah sebuah nama bisa memberi 'musim ini di hati, bukankah embun tampak terbakar dengan panas di hati.'
Cukup! Namu jangan sampai ini berubah.

Tidak ada kisah yang bisa ku sampaikan wahai kawan. Terkadang ia diam sejenak, merana aku mengotori mata pena, lalu seketika menenangkan detak kekerasan yang ada di hatiku.

kutatap yang tidak ditatap, ia berbisik "Apakah kau lupa duhai urusanku[4] 'telah terjadi sesuatu di antara kita janganlah menyangkalnya.'[5] Aku terusik, Benar... sungguh sesuatu terjadi lebih dari yang aku memiliki saat ini hingga yakin perasaanmu."

Untukmu duhai jabang bayi, kau harus mengetahui hatimu kalo tidak bagaimana kau tau rasanya.
Mari... mari... 'Jalan ini tidak jauh.' ; 'Bersabarlah duhai pejalan kaki sehingga engkau tidak bergerak maju terlalu cepat, tidak mabuk ombak dan disembarang tempat karena anggur adalah minuman alam niskala, jangan kau tabur di atas lumpur hitam berbalut cangkang kefanaan.

Aku  benar-benar tidak tahu duhai sahabatku.
Tidak ada kisah!
sesuatu telah terjadi
Tak seorang pun mengenalinya
Tetapi jika ini sebuah kisah
Biarlah kisah ini terjadi.

Catatan :
1. "Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng gunung, ia berkata kepada keluarganya: "Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan," (Qs Al-Qashash [28]: 29).

Baca juga: Cinta yang Merdeka


2. Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan 'langsung.' QS (An-Nis':164)


3. "Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". QS.(Al-Araf ayat :143)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun