Mohon tunggu...
Abdurohman Sani
Abdurohman Sani Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa dengan Hukum

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Lumbung yang Terbakar

13 Desember 2022   15:30 Diperbarui: 13 Desember 2022   15:33 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

LEUIT KAHURU

Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang pemuda kekar dan enerjik disebuah hutan dekat pesisir pantai, pekerjaannya adalah bertani dengan cara huma, Singkat cerita kemudian kemarau pun tiba dan entah berapa lama akan berlangsung. Persediaan di lumbung mulai menipis yang semula dijadikannya bekal selama kekeringan yang di perkirakan mencukupi selama 3 bulan, namun sudah hampir 3 bulan belum terlihat tanda-tanda akan turun hujan.

Suatu hari Pemuda itu berjalan jalan di tepi pantai untuk sekedar menenangkan diri dan mencari inspirasi, di tengah lamunan angan-angan diiringi debur ombak yang menggoda genit menggelitik kakinya, terbesit dalam fikirannya "Didalam laut pasti melimpah sekali ikan dan harta tiada ternilai, bagaimana kiranya jika aku menjadi nelayan lalu menjadi kaya raya." (melaut adalah mata pencaharian utama penduduk desa ini).

Tanpa berpikir panjang pemuda itupun pergi menuju rumahnya dan mengambil sebuah kapak, kemudian dia memilih sebuah pohon besar lagi terbaik untuk membuat sebuah kapal, setelah beberapa lama kemudian pohonpun roboh "duuung" kiranya demikian bunyi yang terdengar penduduk sekitar, kemudian para penduduk berbondong untuk melihat apa yang sedang terjadi ; Setibanya di lokasi para penduduk bertanya "apa yang akan kau lakukan dengan pohon itu.?"
pemuda itupun menjawab "aku hendak membuat kapal terbesar dengan kayu ini dan melaut bersama kalian.!"

Selang beberapa lama pemuda itu membentuk dan meraut pohon yang ia tebang, pohon itupun mulai kelihatan mengarah ke sebuah bentuk yang dimaksud ; menjelang senja, pemuda itupun berhenti bekerja setelah seharian berpeluh payah. Tak berselang lama ada seorang pemburu yang tidak sengaja melintas di hadapannya sambil melihat apa yang pemuda itu kerjakan sembari bertanya "Wahai pemuda gagah apa yang sedang kau kerjakan.?"
Pemuda itu menjawab "Aku hendak membuat sebuah kapal.! bagaimana menurutmu wahai Musyafir?" pemuda itu melanjut dengan pertanyaan.
Pemburu itu menjawab "Aku rasa ini mirip sebuah perahu & sepertinya lebih bagus dibuat perahu.!"
Pemuda itu menimpali dengan kagum "Benarkah tuan?"
"yah ... benar sepertinya lebih bagus demikian" jawab si pemburu.

Keesokan harinya setelah berfikir semalaman diapun mengikuti saran pemburu kemarin ; pemuda itu mulai meraut kayu dan membentuknya untuk membuat sebuah perahu, setelah beberapa minggu perahu itupun hampir selesai. Senja hari tiba, tidak beberapa saat ada seorang pemburu yang tidak sengaja melintas ; Pemuda itupun menyapa "Hai tuan..."
"Ya..." sahut si pemburu.

Setelah memperhatikan pemuda itu berkata "Sepertinya tuan bukan pemburu yang tempo dulu bertemu denganku!"
pemburu itupun menimpali "Sepertinya kau benar,,, ini kali pertama aku berburu di hutan ini.! apa yang hendak kau buat itu wahai pemuda?" pemburu itu melanjutkan dengan pertanyaan.
Pemuda itupun memberi tahu "Aku hendak membuat perahu wahai musyafir!"
"Sepertinya Lebih terlihat seperti sebuah sampan, begitulah yang kulihat pantas dan alangkah baiknya jika yang kulihat itu adalah sebuah sampan." Sahut si pemburu itu. Pemuda itupun menimpali "Benarkah..?"
"Benar sekali wahai pemuda gagah, sampan itu lebih cantik dan lebih estetik untuk paras lembutmu." jawab si pemburu sambil berlalu...

Malampun dilewati pemuda itu sambil beberapa lama bercermin melihat kegagahannya sambil tersipu-sipu, sang fajar mulai menyingsing, semburatnya menyelinap melewati titisan gemerlap embun yang menempel di dedaunan menembusi wajah tampan pemuda itu dan iapun terbangun ; Seperti nya pagi itu sang pemuda memiliki semangat yang baru, iapun melanjutkan pekerjaannya, beberapa haripun berlalu pekerjaannyapun menuju bentuk baru, hari mulai gelap pemuda itupun berhenti bekerja, tak berselang lama datanglah 3 pemburu melintasi pemuda itu, dua diantara tiga pemburu adalah pemburu yang pernah datang menyarankan pembuatan perahu dan sampan itu dan salah satu diantara dua berkata "apa yang kau buat itu wahai pemuda bodoh, bukankah aku menyarankanmu membuat perahu?" dan yang pemburu satunya berkata "apa yang sudah kau lakukan wahai pemuda dungu?"
pemuda itu menjawab "Kurang ajar kalian!" memotong perkataan si pemburu.
pemuda itu melanjutkan "Bukankah kalian yang menyarankan itu semua..?"
"Benar sekali... tapi mana Kapal, perahu dan sampanmu.?" jawab kedua pemburu itu, "apakah ini yang kau maksud.?" sambil menunjuk kearah apa yang telah dikerjakan pemuda itu.! "Apa ini..? hanya bongkahan kayu dengan bentuk tidak jelas seperti ini! Dasar pemuda payah."

Seketika amarah pemuda itupun meledak menggunung berapi, tiba-tiba saja membinasakan kedua pemburu itu ; Pemburu yang tersisa berkata "Kejahatan besar apa yang kau lakukan ini.? Mereka hanya menyarankan dan tidak memiliki urusan apapun dengan tindakanmu terhadap kayu itu."
Pemuda itupun duduk sambil memukul-mukul dadanya sendiri sambil bertutur "aku menyesal, maafkanlah aku, aku khilaf dan telah membunuh kawan-kawanmu.!?"
Pemburu itu menjawab "Setelah terbit fajar para penduduk akan melihat mayat ini, dan kabar ini akan sampai ditelinga sang raja... Sang raja pasti akan menghukumu dengan hukuman mati.!"
"Tolonglah aku... tolonglah aku... tolonglah aku...?" Sambil bersimpuh dan bersujud pemuda itu memohon sejadi jadinya kepada Pemburu itu.
Pemburu itu berkata "Baiklah... Jadikanlah kayu itu Rakit untuk menghanyutkan kedua mayat temanku ke laut, selanjtnya kita akan menguburnya di sebuah pulau terpencil."
Tanpa berfikir panjang pemuda itupun mengikuti saran pemburu itu untuk menjadikan kayu itu sebuah rakit. Singkat cerita rakitpun jadi dan mereka berdua mulai mengikat kedua mayat itu dibawah rakit, kemudian merekapun menyebrang ke sebuah pulau terpencil dan menguburnya.

Tiba-tiba entah datang dari mana seorang nenek tua renta lagi jelek terseok seok seperti tikar usang tertiup angin gurun menghampiri mereka berdua...

Alangkah terbelalaknya mata pemuda itu mendengar pemburu itu berkata "wahai ibu inilah pemuda bodoh itu..! dialah yang telah membunuh anak-anakmu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun