Faktor eksternal juga kerap tidak membantu ITDC dalam mengembangkan sport tourism di Indonesia. Ketidakberdayaan pemerintah dalam menurunkan harga tiket pesawat membuat biaya menuju PMIC tidak kompetitif. Tingginya cost of doing business di sektor transportasi mengakibatkan maskapai asing enggan membuka jalurnya ke NTB, dan berdampak pada tingginya harga tiket di waktu-waktu tertentu karena supply dan demand tidak seimbang (kumparanBISNIS, 2023).
Beberapa waktu lalu kami juga mendengar betapa frustasinya Menteri Pariwisata, Sandiaga Uno yang mendapat insight bahwa lonjakan wisatawan pasca pandemi disebabkan oleh fenomena revenge travel, yaitu antusiasme masyarakat dunia yang meningkat dunia wisata karena pembatasan sosial (Globe, 2024).Â
Namun fenomena tersebut hanya terjadi sesaat, dan traffic wisatawan kembali normal atau malah cenderung menurun tajam. Ditambah lagi survey yang menyatakan 38% wisatawan tidak berniat kembali ke tempat yang sudah dikunjungi, atau yang disebut fenomena once in a lifetime (Kuswaraharja, 2024).
Oleh karena itu, hendaknya kita menyadari bahwa arah strategi pembangunan di area Mandalika perlu menggunakan pendekatan berbeda. Yaitu dengan menggerakkan SDM sebagai penggerak ekonomi, atau yang disebut dengan  pendekatan Endogenous Growth.
Pendekatan endogen adalah pendekatan yang dibangun berdasarkan ide bahwa pertumbuhan ekonomi bisa dihasilkan dari peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan pengetahuan dan inovasi. Pertumbuhan agregat yang mempertimbangkan ilmu penemuan model ekonomi, inovasi, dan perubahan teknologi dengan serius lebih memiliki dampak terhadap pertumbuhan (Romer, 1994).
Sport tourism di Mandalika lebih membutuhkan banyak SDM yang memahami value dan teknologi dari olahraga dibanding pengembangan infrastruktur baru yang tidak ada hubungannya dengan olahraga. Maka kami mengusulkan lima poin yang didasari oleh pendekatan Endogenous Growth dimana diharapkan bisa menjadi solusi atas tantangan PMIC.Â
Walaupun begitu, proses endogen memang tidak bisa menghasilkan outcome secara instan, dibutuhkan masa yang panjang agar bisa menghasilkan perubahan, akan tetapi belumlah terlambat untuk dimulai. Berikut beberapa usulan yang didasari oleh pendekatan EGT yang sekiranya bisa dijalankan:
Pertama, pendidikan informal, non-formal dan formal bisa menjadi awalan dalam menggerakkan kapasitas masyarakat. Pendidikan yang diselenggarakan semestinya terintegrasi dengan kebutuhan sport tourism. Sejak dini anak-anak sebaiknya mempelajari iptek dengan pendekatan otomotif atau hal lain disekitar bisnis olahraga. Sehingga pada waktunya mereka mampu mengembangkan PMIC Â di pentas dunia.Â
Kedua, faktor yang seringkali digunakan negara tanpa SDA yaitu kebijakan pajak yang lebih ramah terhadap masuknya Foreign Direct Investement (FDI) demi memutar roda ekonomi di Mandalika. Pemerintah patut memberi insentif kepada objek-objek yang dirasa mendatangkan income dari luar menuju Mandalika, seperti insentif pembelian mobil sports, insentif pajak spare part otomotif, tiket pesawat internasional, insentif bahan bakar sports dan masih banyak lagi. Dengan demikian, dalam waktu singkat PMIC akan menjadi daya tarik baru bagi pegiat otomotif dunia. Semakin atraktif kebijakan yang dilakukan, maka kesempatan dilirik dunia semakin tinggi.Â
Ketiga, adalah mengirim sebanyak-banyaknya SDM ke luar negeri. Mandalika butuh banyak SDM yang paham bagaimana sudut pandang manusia di luar Indonesia. Kita tidak bisa mengembangkan sport tourism dengan pendekatan pengalaman lokal yang belum paham mengenai wisata olahraga. Mendatangkan ahli dan memberi kuliah-kuliah singkat menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan kapasitas SDM di area PMCI.Â
Keempat, yang tentunya cukup sulit dilakukan adalah membangun ekosistem balap. Memindahkan komunitas yang selama ini tersentral di Jakarta dan sekitarnya perlu effort yang cukup besar. Legenda-legenda balap Indonesia seperti Sean Gelael, Rio Haryanto dkk mestinya bisa menjadi penghuni tetap PMCI untuk menarik siapapun yang tertarik pada olahraga otomotif. UMKM di sekitarnya juga hendaknya di adjust agar menyesuaikan kebutuhan yang sarat hubungannya dengan otomotif, seperti helm, sarung tangan, kacamata, dan masih banyak lagi.