Mohon tunggu...
GOOD THINGS
GOOD THINGS Mohon Tunggu... -

♥ Mamak Ketol ♥ PEREMPUAN bersarung yang suka gonta-ganti nama sesuai judul tulisan terbaru ♥ "Nothing shows a man's character more than what he laughs at."(Goethe) ♥

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seks Anal Dapat Menjaga “Keperjakaan”? (Khusus Dewasa)

22 Juli 2011   17:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:28 3347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam artikelnya yang berjudul Menjaga Keperawanan ala Perempuan Arab, kompasianer Wnks menuliskan tentang cara masyarakat Arab dalam menjaga virginitas, yaitu dengan melakukan “hubungan (seksual) dari belakang”. Tulisan Mamak Ketol ini berupaya untuk mengulas sekilas sisi lain dari seks anal. Artikel singkat ini tidak membahas masalah sodomi (jalan “belakang” yang khusus dilakukan antar manusia dan/atau hewan berkelamin jantan.) [caption id="attachment_124226" align="aligncenter" width="680" caption="Sejak kecil sudah biasa main (di) belakang induknya ;) ©Mamak Ketol™"][/caption] Seks anal (selanjutnya disebut SA) adalah hubungan seksual melalui anus. Berdasarkan sejarahnya, perilaku memasukkan penis ke dubur pasangan merupakan bagian dari kehidupan seksual yang sudah lama dilakukan baik di negara “Barat” maupun “Timur”. Istilah Greek love atau ungkapan doing it the Greek way mengindikasikan bahwa SA merupakan bagian dari kehidupan seksual masyarakat Yunani kuno, meskipun praktek ini tak serta merta diterima oleh masyarakat umum pada jamannya. Telaah shunga (seni lukis erotis) di Jepang menunjukkan bahwa SA pun dilakukan secara berjamaah di negeri sakura sejak berabad-abad yang lalu. Dalam kehidupan masyarakat di Peru, SA sudah menjadi aktifitas hubungan badan antara pasangan suami istri (pasutri). Tindakan SA ini dijalani dengan berbagai alasan seperti menjaga jarak kehamilan atau sebagai kontrasepsi, serta sebagai alternatif lain apabila pasangan sedang menstruasi. Alasan lainnya adalah menjaga “keperjakaan” atau yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah technical virginity. Dalam hal ini SA dilakoni untuk menjaga “keutuhan” hymen (= selaput dara). (FYI: Ada selaput dara yang sangat lentur, sehingga belum tentu “rusak” pada saat bersanggama untuk pertama kalinya.) Pada kenyataannya, SA dilakukan juga oleh pakumbo - pasangan kumpul kebo - yang tidak terikat dalam pernikahan, meskipun bisa jadi salah satu atau kedua pasangan itu masih dalam status menikah, sudah berpisah ranjang atau sedang cohabitation dengan istri/suami atau pasangan masing-masing. Selain menjadi “kebiasaan” pasutri dan pakumbo, SA diminati kaum sejenis (homoseksual dan lesbian). Kini, penetrasi dari belakang tak terbatas pada hubungan antara pria-wanita, tapi juga wanita-pria, pria-pria, dan wanita-wanita. Tentu saja dibutuhkan alat bantu seks apabila yang “membelakangi” adalah “wanita tulen”. Di kalangan remaja Amerika, SA sudah semakin populer sejak awal tahun 1990an. Dengan atau tanpa “pengaman” (kondom), SA tetap beresiko terhadap kesehatan yang dapat mengakibatkan infeksi dan “rusaknya” anus. Selain berpotensi tertularnya penyakit kelamin pada umumnya, SA juga dapat mendatangkan gangguan lambung, penyakit kanker anus, dan ambein. Kedekatan antara anus dan vagina tidak menjamin “sterilnya” Miss V dari sperma, sehingga kemungkinan bertemunya sperma dengan sel telur bisa saja terjadi, dan kehamilan tak dapat dihindari. Referensi: Wikipedia dan Ask Men Catatan: 1. Tulisan ini tidak bermaksud untuk mengkampanyekan SA, hanya sekedar berbagi sedikit mengenai latar belakang sosial budaya, resiko terhadap kesehatan dan salah kaprah SA. Ada baiknya dipikirkan dan dipelajari matang-matang sebelum mencobanya. Jangan hanya karena ditraktir/mentraktir satu kali makan malam romantis, atau dibayarin/membayar segelas gin and tonic di pub Anda mau saja “dibelakangi”/berhak “membelakangi” dengan rayuan dapat “menjaga keperjakaan” Anda. (Lewat depan napa …? LOL. Can I have another gin and tonic, please … ;) *sambil ancang-ancang kabuuuuuuur ke “belakang”*) 2. Hari ini (23 July) bertepatan dengan Hari Anak Indonesia. Silahkan simak artikel terkait: Your Children Are Not Your Children. Semoga anak-anak kita bisa menjaga “keperjakaan” (depan-belakang) mereka hingga mereka siap secara fisik dan psikologis serta siap-siap/dapat bertanggung jawab, tak hanya secara finansial, tapi juga secara moril terhadap pasangannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun