[caption id="attachment_178683" align="aligncenter" width="480" caption="Kue Sempe untuk menangkup Gula Kapas ©Mamak Ketol™"][/caption]
Aku adalah kembang. Bukan kembang sembarang kembang. Aku ini kembang gula Betawi. Tak ada seorangpun yang bakalan menyangkal kalau aku menyombongkan diriku dengan mengatakan bahwa “Aku manis.” Selain manis, aku pun harum. Tak heran apabila aku dipanggil Arum Manis.
Aku termasuk None Jakarte yang lembut, meskipun sedikit rapuh. Sebagai gadis belia yang manis tentu saja aku menyukai warna pink. Teman-teman sepermainanku ada yang senang memakai baju dengan campuran warna merah jambu, biru dan ungu.
Tubuhku tidak dapat dibilang langsing. Meskipun demikian, tua-muda, besar-kecil semuanya pasti menyukai aku. Aku justru kelihatan seperti karung beras yang ringan seperti kapas. Gula Kapas adalah nama yang kerapkali melekat pada diriku. Herannya ada juga yang menamakanku sebagai Gula Semut.
Kendati aku seringkali sasakan di salon, rambutku nyaris aja kelihatan awut-awutan. Tidaklah aneh apabila ada saja orang yang memperolok-olokkanku. Rambutku sering dibilang seperti rambut nenek, rambut nyonya bahkan rambut monyet! Padahal, belum pernah aku melihat nenek-nenek, nyonya-nyonya atau monyet-monyet yang berambut merah muda. Bener-bener bully nih.
Walaupun aku biasanya dinikmati dalam bentuk tusukan lidi, kadang aku dijepit diantara dua lembaran Kue Sempe yang senada dengan warna rambutku. Dengan Rp. 2000 saja, kalian sudah dapat memiliki aku.
Sahabatku yang tinggal di luar negeri memiliki nama yang lebih indah. Yang di Amerika dikenal dengan Cotton Candy, di Inggris Candy Floss, dan di Australia Fairy Floss. Kata “floss” sendiri dapat diartikan dengan “benang”. Untung aja aku ngga dibilang dental floss hihihi, padahal kalau aku terlalu sering dan terlalu banyak dilumat, bisa-bisa mengotorkan baju atau wajah, bahkan membuat sakit gigi.
Kalau di Persia, aku disebut Pashmak. Sementara itu, di Turki namanya adalah Pişmaniye. Adapun Pişmaniye kebangsaan Turki ini ditambahi tepung dalam adonan gulanya.
***♥♥♥♥♥♥♥***
Mesin Gula Kapas dan Pasar Malam
Kepopuleran Gula Kapas sudah mulai tercium di awal tahun 1400-an. Manisan yang pada masa itu dikenal dengan sebutan Spun Sugar dibuat dengan cara sederhana dan sangat memakan waktu karena dibuat secara manual dengan bantuan garpu.
[caption id="attachment_178686" align="aligncenter" width="480" caption="Gula Kapas (ujung kanan atas) ©Mamak Ketol™"][/caption]
Ada beberapa pihak yang mengaku sebagai “tokoh” yang pertama memperkenalkan rambut nenek ini. Tootsie Roll of Canada Ltd. misalnya, mengaku telah menjual kembang gula di World’s Fair pada tahun 1893. Pada saat itu, produk gula kapas ini dikemas dalam plastik dan dinamakan "Fluffy Stuff".
Adapun tokoh pembuat mesin gula kapas yang paling sering dijadikan referensi adalah William Morrison dan John C. Wharton dari Nashville – Tennessee, Amerika. Pada tahun 1897 mereka membuat mesin pembuat gula kapas dari listrik.
Pada tahun 1900, mesin ciptaan Morrison dan Wharton dihadirkan pada acara Paris Exposition dan empat tahun berikutnya (1904) muncul di St. Louis World Fair. Selama ajang pasar malam itu rambut monyet masih dikenal dengan Spun Sugar dan Fairy Floss. Baru pada tahun 1920, khususnya di Amerika, rambut monyet disebut Cotton Candy. Amerika bahkan mencatat tanggal 7 Desember sebagai Hari Cotton Candy nasional.
Adalah Thomas Patton yang juga membuat dan memperoleh paten mesin pembuatan Cotton Candy ini. Hanya saja mesin Patton dihidupkan dengan gas. Disebutkan bahwa pada tahun 1900 Patton semestinya memperkenalkan mesin penemuan berikut produknya dalam acara pasar malam yang dimeriahkan oleh pergelaran sirkus Ringling Bros. Akan tetapi informasi ini sedikit rancu, karena Ringling Brothers sesungguhnya baru ada dan bergabung dengan sirkus Barnum and Bailey pada tahun 1919.
Sekitar tahun 1919 ini pula ada dokter gigi asal Louisiana, Amerika yang memperkenalkan mesin gula kapas di tempat prakteknya. Dokter gigi itu bernama Josef Delarose Lascoux. Namun, Lascoux tidak memperoleh paten atas karyanya.
Di penghujung tahun 1940-an, muncul inovasi terbaru dari mesin Cotton Candy ini. Akhirnya, baru pada tahun 1970-an terciptalah mesin yang otomatis.
Perkembangan mesin pun diiringi dengan penambahan variasi rasa. Saat ini Gula Kapas diproduksi dengan rasa seperti pisang, anggur, dan stoberi.
Saat ini di Indonesia beredar dua jenis Candy Floss Machine. Mesin bertenaga listrik 900 watt dengan lingkar panci 50 cm dan yang menggunakan Gas Elpigi juga dengan diameter mangkuk yang sama.
Pada “musim PRJ” seperti ini, Arum Manis lebih banyak diproduksi, baik dari mesin otomatis maupun dengan cara yang masih tradisional. Pedagang Arum Manis keliling yang beruntung mungkin memperoleh kesempatan untuk menginjakkan kaki ke mal-mal megah di Jakarta dalam rangka HUT ibukota. Jakarta yang sedang bergiat memperkenalkan kuliner tradisi ‘khas’ Betawi ini pun menjadi arena untuk dapat berjualan, meningkatkan omzet, dan memperoleh keuntungan musiman tanpa rasa was-was dikejar tramtib atau Satpol PP.
***♥♥♥♥♥♥♥***
The Candy Man
Sumber: TheSkadoosh1 You Tube
The Candy Man adalah judul lagu ciptaan Samuel George Davis Jr atau yang lebih popular dikenal dengan Sammy Davis Jr. Lagu ini menjadi salah satu lagu dari film musikal Willy Wonka & the Chocolate Factory (1971). Film yang dibuat berdasarkan novel Roald Dahl dengan judul Charlie and the Chocolate Factory (1964).
[caption id="attachment_178689" align="alignleft" width="225" caption="Candy Man ©Mamak Ketol™"][/caption]
Lagu yang cukup mendunia ini bercerita tentang “Tukang Permen” yang selalu membawa kegembiraan pada siapa saja, karena permen olahan Candy Man ini dibuat dengan penuh cinta. Lihat saja lirik di salah satu baitnya:
Who can take a sunrise, sprinkle it with dew
Cover it with chocolate and a miracle or two
The Candy Man, oh the Candy Man can
The Candy Man can 'cause he mixes it with love
and makes the world taste good
The Candy Man makes everything he bakes satisfying and delicious
Now you talk about your childhood wishes, you can even eat the dishes
Pedagang Arum Manis berikut Kue Sempe yang mangkal di salah satu sudut becek ini bukanlah Willy Wonka, si pemilik Chocolate Factory. Akan tetapi dia adalah salah satu orang yang dapat mengingatkan, dan mengembalikan kenangan lama. Kenangan masa kecil yang menyenangkan ketika menikmati Gula Kapas. Kemunculan pedagang pikulan Gula Semut ini sudah semakin langka, meskipun camilan ini boleh dikata tak surut penggemarnya. Tak hanya digemari oleh anak-anak dan remaja saja, orang tua, kakek-kakek dan nenek-nenek pun selalu ingin kembali menikmati kegembiaraan dan keceriaan masa kanak-kanak berikut kenangan mencicipi Gula Kapas.
Jakarta genap berusia 483 tahun pada tanggal 23 Juni kemarin. Tapi bapakku, Babeh Ketol tetap berjualan seperti biasa di gang sempit itu. Babeh ngga pernah tau dan ngga mau tau apakah aku ini asli Betawi atau masih keturunan "wong Londo". Yang pasti Babeh Ketol kepengen sekaliiii kalau tahun depan Babeh diajak jualan di mal.
Referensi: Cotton Candy dan KOMPAS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H