Mohon tunggu...
GOOD THINGS
GOOD THINGS Mohon Tunggu... -

♥ Mamak Ketol ♥ PEREMPUAN bersarung yang suka gonta-ganti nama sesuai judul tulisan terbaru ♥ "Nothing shows a man's character more than what he laughs at."(Goethe) ♥

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Borobudur Tiruan Itu Ada di Bali!

27 Mei 2010   17:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:55 1548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_151548" align="aligncenter" width="480" caption="Miniatur Borobudur ©Mamak Ketol™"][/caption]

Lima stupa yang menjadi ciri khas candi Borobudur ini dapat dijumpai di Brahmavihara Arama, Bali Utara. Miniatur Borobudur ini merupakan salah satu objek wisata spiritual yang unik. Dalam rangka Hari Raya Waisak yang jatuh pada hari ini (28/05), kita kunjungi kompleks biara ini, yuk!.

Vihara yang memiliki ciri khas berbentuk lonceng berwarna oranye keemasan ini terletak di Desa Banjar Tegeha, kecamatan Banjar, kabupaten Buleleng. Dari barat Singaraja, kuil Buddha ini berjarak 18 km, dan dapat ditempuh dalam jarak 2 km dari selatan Jalan Raya Singaraja – Seririt.

Masuknya ajaran Buddha ke Pulau Seribu Pura ini dicatat sejarah sejak abad ke 7 – 8. Tempat ibadah ini sendiri didirikan pada tahun 1958 (sumber lain menyebutkan tahun 1956). Adalah seorang biksu keturunan Brahmana yang bernama Ida Bagus Giri yang merintis vihara ini. Biksu ini kemudian dikenal dengan nama Bante (guru) Girirakkhito Mahathera (1927 - 1997). Semasa hidupnya, pemuka agama ini pernah menjabat sebagai wakil Presiden dari World Buddhist Sangha Council (WBSC) tahun 1985 - 1989. Pendeta Buddha ini adalah keponakan dari Ida Ketut Jelantik, tokoh sastrawan asal desa Banjar Tegehe yang pernah menerbitkan Sucita/Subudi.

Awalnya, Guru Mahathera “hanya” membangun vihara kecil seluas 6 m x 10 m. Namun, dengan berkembangnya ajaran Buddha di Bali, rumah ibadah ini dipugar pada tahun 1970, dan dibuka untuk umum pada tahun yang sama. Brahmavihara Arama sempat rusak berat akibat gempa yang melanda kawasan Seririt pada bulan Juli tahun 1976. Pagoda yang pernah dibangun pun hancur. Kini, dengan luas lahan 4 hektar, kompleks ibadah ini menjadi monasteri tertua, dan satu-satunya yang ada di Bali.

[caption id="attachment_151624" align="alignleft" width="300" caption="Pintu masuk dan kolam dari atas anak tangga ©Mamak Ketol™"][/caption]

Dari luar, bangunan ini tampak seperti rumah penduduk. Pintu masuk yang berupa gapura dengan ukiran Bali yang khas, membuat seseorang lupa bahwa gedung ini adalah tempat peribadatan umat Buddha.

Vihara yang sengaja didesain sesuai dengan arsitektur Bali ini memiliki kolam bundar dengan air mancur, dan dihiasi dengan beberapa tanaman, termasuk teratai. Halaman utamanya terbagi menjadi tiga bagian: nista, madya dan utama mandala. Ketiganya dihubungkan dengan tangga.

Pada setiap undakan tangga tertera ajaran kebaikan yang berkaitan dengan ajaran Buddha. Prinsip ajaran Buddha inilah yang menuntun pengunjung untuk memaknai, dan memahami kawasan Brahmavihara Arama. Salah satunya berbunyi indriya samvara yang artinya selalu mengawasi/mengendalikan indriya.

[caption id="attachment_151551" align="aligncenter" width="500" caption="Undakan tangga dan patung Buddha ©Mamak Ketol™"][/caption]

Di beberapa dinding biara bagian luar terdapat hutan Uruvela lengkap dengan replika pohon bodhi (pohon pencerahan), patung dan ornamen-ornamen yang berbicara tentang Buddha dan sejarahnya. Ada juga beberapa benda yang diberikan oleh Dalai Lama dan pemerintah Thailand seperti lonceng.

Karena letaknya di atas perbukitan, vihara ini menawarkan pemandangan alam sekitar Buleleng antara lain pemandangan sawah, laut dan gunung. Konon, pada malam hari, ketika langit gelap gulita, kunang-kunang masih kedapatan berterbangan, dan memperindah kawasan “Borobudur” ini.

Brahmavihara yang cukup luas ini memiliki perkebunan mangga dan sawo. Beberapa pohon kamboja ditanam diantara jalur-jalur yang khusus disemen untuk keperluan meditasi dalam posisi berjalan. Sementara itu, di dalam vihara disediakan bantalan yang dapat dibawa keluar untuk diduduki sambil bermeditasi.

[caption id="attachment_151553" align="aligncenter" width="500" caption="Area untuk "walking meditation" dan "sitting meditation" ©Mamak Ketol™"][/caption]

Ketika memasuki vihara, pengunjung diharapkan untuk membuka alas kaki, menanda-tangani buku tamu, dan memberikan donasi seikhlasnya pada kotak yang tersedia. Dalam hal berpakaian kenakanlah sarung, celana panjang, atau pakaian yang “sopan”.

Biara tempat tinggal para biksu ini tak hanya dikunjungi oleh penganut agama Buddha. Dhammajiyoti, salah satu pengurus Yayasan Girirakkhito Mahathera, menegaskan bahwa mayoritas pelancong datang untuk bermeditasi. Tujuan mereka adalah untuk mendapatkan ketenangan bathin. Tak hanya pemeluk agama Buddha saja yang mempunyai niat mulia itu, penganut agama atau kepercayaan lain juga menunjukkan animo yang cukup besar.

Lokasinya yang jauh dari kebisingan menjadi tujuan turis dari berbagai kalangan untuk menjalani suasana hening dengan menenangkan hati dan pikiran. Areal vihara memiliki ruang Vipasana yang dapat dipergunakan oleh siapa saja yang berniat melakukan meditasi pencerahan. Setiap hari ada saja yang datang untuk mencari ketenangan spiritual dengan melakukan meditasi.

Ada pula siswa yang melakukan meditasi selama setahun penuh, tanpa bicara, menulis dan membaca. Di tempat meditasi ini disediakan makanan vegetarian. Tentu saja makanan ini harus dibayar, kalau kita memakannya.

Pada bulan-bulan tertentu (Januari, Mei, Juni, Agustus, September, dan Desember) ada bikhu yang secara khusus membimbing Theravadic vipashana yaitu teknik pernafasan yang bertujuan untuk memperoleh pengertian dan memperdalam kepekaan.

Khusus bulan April dan September ada bikhu yang memberikan ajaran dalam bahasa Inggris. Guru yang berbahasa Mandarin pun tersedia. Untuk tahun 2010 ini jadwal meditasi adalah sebagai berikut: 12 - 20 Juni (Mandarin/Inggris) dan 21 Juni – 06 Juli (Inggris/Indonesia). Program retret ini dikenal dengan Vipassana MMD (Meditasi Mengenal Diri). Meskipun gratis, pemberian donasi sangat dianjurkan.

Seperti layaknya suatu biara, ada bikhu yang tinggal di dalamnya. Kepada para tamu yang ingin bermeditasi dan berencana menginap dianjurkan untuk menghubungi vihara terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan kapasitas kamar hanya berjumlah 30.

[caption id="attachment_151555" align="aligncenter" width="500" caption="Dalai Lama dan Dewi Kwan Im. Patung berukuran 30 cm diletakkan di depan patung Dewi Kwan Im yang lebih besar. Diapit Patung Brahma dan Patung Saraswati. ©Mamak Ketol™"][/caption]

Pada tahun 1982, Dalai Lama datang berkunjung ke Brahmavihara. Ada satu pendopo yang sepertinya didedikasikan untuknya. Di tempat inilah patung dan foto-foto kunjungan Dalai Lama dipajang.

Pada suatu malam, vihara ini dikunjungi seorang wanita misterius dari Denpasar yang mengaku berasal dari Singaraja. Wanita ini membawa patung Dewi Kwan Im setinggi 30 cm, dan meminta biksu untuk meletakkan patung itu di atas altar. Pada tahun 2008, patung keramik ini menjadi sorotan khalayak ramai karena mengeluarkan air mata.

Apapun keunikannya, mungkin ada baiknya pada hari besar umat Buddha ini kita turut mendarmakan indriya samvara: mengawasi/mengendalikan indriya.

Referensi:
Brahmavihara (1), Barahmavihara (2), Cyber Tokoh, Detik (1), Detik (2), dan DisBudPar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun