[caption id="attachment_109979" align="aligncenter" width="400" caption="Easter Begonia ©Mamak Ketol™"][/caption]
Begonia merupakan salah satu primadona Kebun Raya Eka Karya atau yang akrab dikenal dengan nama Kebun Raya Bedugul (KRB). KRB tak hanya menjadi menjadi pusat pembibitan dan pengembangan Begonia terbesar di Indonesia, tapi merupakan kolektor Begonia terlengkap di dunia.
[caption id="attachment_109983" align="alignleft" width="225" caption="Rumah Kaca Begonia ©Mamak Ketol™"][/caption]
Berbeda dengan Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas dan Kebun Raya Purwodadi, KRB ini berlokasi di Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali ini didirikan setelah Indonesia merdeka, yakni pada tanggal 15 Juli 1959. Sebagai kebun raya pertama yang dibangun oleh putra bangsa dan bukan peninggalan Belanda, Bedugul menjadi lahan yang menyenangkan bagi keluarga Begonia. Kawasan KRB memiliki suhu 18-20 ºC dan berada yang pada ketinggian 1.250 – 1.450 m di atas permukaan laut ini, berjarak sekitar 60 km dari Denpasar.
Herbarium Bogoriense mencatat bahwa ada sekitar 200 jenis Begonia asli Indonesia yang harus dikonservasi. Akan tetapi baru 81 spesies yang sudah dikonservasi di Bali. Selain Begonia spesies ini, terdapat Begonia hibrida hasil dari penyilangan. Saat ini koleksi Begonia KRB sudah mencapai 294. Selain itu ada 4 spesimen tipe yang ditemukan di Sulawesi Tenggara dan Taman Nasional Kelimutu, Flores, Nusa Tenggara Timur. Setelah diteliti, Begonia tersebut ternyata merupakan spesies baru dan masing-masing dinamakan Begonia didyma, Begonia guttapila, Begonia hooveriana, dan Begonia kelimutuensis. Seluruh koleksi Begonia ini ditempatkan di “rumah kaca” yang dinamakan Taman Begonia.
[caption id="attachment_110005" align="aligncenter" width="500" caption="Begonia daun (Begonia rex "Silver Circle") dan Begonia bunga (Begonia Argentio-Guttata "Coral Rubra") "©Mamak Ketol™"][/caption]
Perlu diketahui bahwa tidak semua Begonia berbunga. Oleh sebab itu Begonia juga dibedakan menjadi Begonia daun dan Begonia bunga. Apapun jenisnya, alam atau eksotis, bunga atau daun, yang pasti keunikan daun Begonia terletak dari bentuk daunnya yang asimetris. Warna daunnya pun tak selalu hijau, ada perak, merah dan ungu yang kadang dihiasi dengan bintik-bintik putih atau lingkaran kecil. Sementara itu tekstur daun Begonia juga menarik. Ada yang permukaannya kasar, ada yang lembut bak beludru, tapi ada pula yang keriting dan berkerut.
[caption id="attachment_109996" align="alignright" width="225" caption="Sudah dipatenkan dengan nomor registrasi 1001 ©Mamak Ketol™"][/caption]
Ada yang menarik dari koleksi Taman Begonia ini. Di antara nama-nama "asing" seperti Begonia rex "silver circle", Begonia "chantilly lace", Begonia beworae "cleopatra", Begonia "manicata "Fairy Land", Begonia cuculatta wild "Thousand Wonders", terdapat kultivar baru dengan nama Begonia “Tuti Siregar” yang sudah dipatenkan dengan nomor registrasi 1001 di American Begonia Society (ABS). Begonia ini adalah “ciptaan” Hartutiningsih M. Siregar, peneliti begonia yang sekarang bekerja di Pusat Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya Bogor. Begonia hibrida yang dihasilkan dari penelitian selama tiga tahun ini dinamakan sesuai dengan nama peneliti itu sendiri yang telah berhasil menyilangkannya.
Adapun pemberian nama ini bukanlah keinginannya. Awalnya Tuti, begitu ia biasa dipanggil, memilih nama listatosa, gabungan dari listada dan acetosa. Akan tetapi, karena urusan penamaan tanaman hibrida ada aturannya a.l: tidak berbau latin dan tidak boleh menggunakan tiga suku kata, akhirnya “Tuti Siregar” lah yang disetujui oleh ABS.
Berkaitan dengan budidaya Begonia, pada tanggal 29 Desember 2009, Tuti. menjadi juara pertama Lomba Penelitian Kegiatan Tematik di lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Siapa sih Tuti Siregar ini?
Tuti Siregar lah yang mengagas dan merintis rumah kaca seluas 692.35 m². Konsep taman sengaja dirancang secara natural dan disesuaikan dengan habitat alam Begonia. Koleksi Begonia dikelompokkan sesuai dengan asalnya. Begonia alam ditempatkan terpisah dari Begonia eksotik. Tak hanya Begonia alam yang endemik yang menjadi koleksi unggulan, tapi termasuk juga Begonia eksotik dari luar negeri. Dapat dikatakan bahwa jebolan fakultas biologi UGM inilah yang membesarkan Taman Begonia hingga dikenal dan diperhitungkan di ajang internasional.
[caption id="attachment_109991" align="aligncenter" width="400" caption="Pintu Masuk ©Mamak Ketol™"][/caption]
Keberadaan Taman Begonia yang diresmikan tepat pada ulang tahun Kebun Raya Bedugul (15/07/09) ke-50, bermula ketika Tuti diboyong oleh suaminya, Mustaid Siregar, yang ditugaskan untuk mengepalai Kebun Raya Bedugul pada tahun 2001. Berbekal 10 jenis Begonia dari Bogor, Tuti yang juga peneliti ini, merintis apa yang kini menjadi Taman Begonia yang terkenal di mancanegara.
Begonia asli Indonesia pada umumnya tampak sederhana dan kurang menarik. Namun eksplorasi Begonia alam ini tetap dilakukan sampai ke pelosok daerah di tanah air. Sementara itu, Begonia eksotik yang umumnya berasal dari luar negeri memiliki ragam bentuk yang lebih menarik dan unik. Sejak tahun 2006, Tuti melakukan pertukaran biji Begonia dan menjalin kerjasama dengan para peneliti Begonia tingkat dunia yang bergabung dalam Asosiasi Begonia Amerika.
[caption id="attachment_109993" align="aligncenter" width="400" caption="Begonia dimana mana ©Mamak Ketol™"][/caption]
Karena sudah bertaraf internasional, sistem barcoding plant (kode batang) pun diterapkan di Taman Begonia ini. Seperti yang tertulis di papan informasi, disebutkan bahwa sistem pendataan ini merupakan inovasi pemberian kode batang (barcode) yang unik pada setiap label nama tanaman koleksi Kebun Raya Bali. Adapun tujuannya adalah: mempercepat akses database, pemutahiran data secara online dan mempermudah proses editing data.
Pada pertengahan 2009, Tuti kembali harus mengikuti suaminya pindah ke Kebun Raya Bogor, meninggalkan ratusan Begonia "koleksinya". Taman Begonia telah menjadi saksi bahwa ada karya anak bangsa yang dipatenkan dengan nama Begonia "Tuti Siregar". Semoga KRB yang tiket masuknya hanya Rp 7500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah) ini dapat menjadi tujuan wisata edukasi Anda sekeluarga.
Artikel terkait: Botanic Garden, Ubud.
Referensi: Jakarta Post, LIPI, KOMPAS, Tempo dan Republika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H