Mohon tunggu...
GOOD THINGS
GOOD THINGS Mohon Tunggu... -

♥ Mamak Ketol ♥ PEREMPUAN bersarung yang suka gonta-ganti nama sesuai judul tulisan terbaru ♥ "Nothing shows a man's character more than what he laughs at."(Goethe) ♥

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Seputar Kompasiana: Vox Populi, Vox Dei?

8 Januari 2010   01:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:34 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Begitu membaca salah satu pesan di profil, Mamak Ketol jadi sedikit risau. Ternyata ada misunderstanding. Pasti ada yang salah dengan diksi yang dipergunakan Mamak Ketol. Mungkin ada penggunaan kata yang diartikan berbeda dari maksud dan tujuan Mamak semula. Ingin rasanya membuat klarifikasi sesegera mungkin. But, where do I begin?

Pada suatu hari, Mamak Ketol berkunjung ke rumah salah satu pemenang lomba penulisan resensi Inteligen Bertawaf. Mamak datang untuk mengucapkan selamat kepada Lintang, si pe-resensi. Itulah pertama kalinya Mamak bersapa-ria dengannya. Kunjungan itupun berbuntut dengan kunjungan balasan yang disertai dengan jejak merating ‘menarik’ di dua tulisan Mamak. Komentar positif dan himbauan sopan disertakan di profil Mamak Ketol. Niat baik itu Mamak terima dengan senang hati. Untuk mengucapkan rasa terima kasih (lagi), Mamak kemudian meninggalkan pesan yang diberi dua emoticon ‘kedip’ dan ‘senyum’. Tak ada nada sarkastik dan tak ada tendensi untuk nyindir ‘sok senior’ dibalik dua wajah kekuningan itu.

***

Masinis Punya Peluit, Penumpang Punya Suara Tuhan?
Kalau Kompasiana dianalogikan dengan Kereta Api, Kompasianer adalah penumpang dan Tim Admin adalah masinisnya. Sebagai pelanggan baru dengan tiket gratisan, tentu saja Mamak Ketol sangat berterimakasih kepada penumpang lain yang sudah mengingatkan dengan santun agar Mamak tidak "terus-terusan" menjebak dengan judul yang dapat berakibat “nanti ditandain Kompasianer lain lho…”

Ketika mendengar bunyi peluit Pepih Nugraha tentang pembekuan akun FTR, meskipun tak dimintai pendapatnya, Mamak cukup mengerti dan memaklumi alasan dan argumen sang Masinis. Mamak tau bahwa peluit dibunyikan setelah serombongan penumpang mengambil jurusan Laporkan Kompasianer menuju Stasiun Admin namun, Mamak tetap berkeyakinan bahwa yang memegang peluit dan membunyikannya adalah masinis.

Setelah peristiwa pembekuan itu, pro dan kontra bermunculan di komentar. Artikel ‘tandingan’ yang ‘membela’, ‘menghujat’ dan ‘netral’ sehubungan dengan pembekuan akun dan FTR itu sendiri ‘bertayangan’. Artinya penumpang masih diperkenankan untuk menyuarakan unek-unek dan posisinya. Sejauh ini, suara-suara rakyat itu tidak mengubah keputusan masinis tentang akun FTR. Peluit sudah berbunyi and the train must go on. Bagaimana dengan penumpang? Kalau masinis punya peluit, apakah penumpang punya ‘suara Tuhan’?

Vox populi, vox dei yang artinya suara rakyat suara Tuhan. sering dikaitkan dengan urusan peng-ADIL-an. Tapi tidak semua kasus berakhir dan berpihak pada rakyat (rakyat yang mana?). Artikel Katedra Rajawen yang awalnya berjudul panjang Uztadzah Pindah Agama Adakah Yang Salah? dan ditengarai bernuansa provokatif dan dirating provokatif oleh 10 dari 22 Kompasianer masih terpampang. Berbeda dengan tulisan Mita yang postingannya dihapus, tanpa Mamak pernah membacanya. Apakah ada indikasi pilih-pilih tebu? Dalam dua kasus ini (Katedra dan Mita) mungkin saja tidak. Label ‘provokatif’ dari Kompasianer sudah diteliti oleh tim admin yang berkesimpulan adalah hanya judulnya saja yang provokatif. Hasilnya judul artikel disingkat menjadi ‘Uztadzah’ saja. Namun, hati kecil Mamak sempat bertanya-tanya. Apakah dengan mengganti judul akan mengubah esensi dan 'ke-provokatif-an' suatu tulisan? Tanpa bermaksud mengundang debat (lagi), IMHO, tak ada yang provokatif baik di tulisan Uztadzah dan di judul tsb. A rose is a rose. Sewaktu masih kuncup, pada saat mekar, ketika menjadi layu dan kering teteup aja namanya ‘rose’.

Berdasarkan penerawangan Mamak, masinis sudah berusaha untuk mengakomodir para penumpang dan hal ini ditegaskan oleh 'iskandarjet' aka JET (tim admin) dalam komentarnya di Uztadzah. JET mengekpresikan ketidak-setujuannya dengan “judul tulisan yang terkesan mengarah ke satu mata angin”. Pertanyaannya sekarang adalah: What is meant by ‘provocative’?

***

[caption id="attachment_49781" align="aligncenter" width="500" caption="A rose for Lintang"][/caption]

Lintang dear, terimalah mawar ini sebagai ajakan untuk menepis misunderstanding yang mungkin terjadi di pihak Mamak dan Lintang. Perlu Mamak klarifikasi bahwa:

  1. Mamak benar-benar tulus berterimakasih sudah diingatkan dan mendapat masukan tentang judul. (Keliru kalau Mamak dikatakan ‘tidak berkenan’.)
  2. Mamak menjunjung tinggi hak setiap penumpang untuk ‘menandai’ penumpang lain dengan label apapun, baik positif ataupun negatif.
  3. Mamak pribadi percaya, so far, masinis cukup bijak dalam membunyikan peluitnya dan kita semua harus siap disemprit.

So … ngante aja yuk!

Salam,
Mamak Ketol yang berusaha untuk netral dan tidak berafiliasi dengan nama-nama yang tersebut dalam artikel.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun