Pohon Jambu yang Membunuh Adikku
By Maryati
Masih belum juga hilang di ingatanku. Kejadian 41 tahun yang silam. Perjuangan dua orang kakak yang ingin mendiamkan adiknya yang terus-menerus menangis.
Adik yang satu untungnya sudah tidur. Jadi tinggal menidurkan adik yang paling bungsu. Itulah kegiatan Sehari-hari yang kami lakukan sebelum kedua orang tuaku pulang berjualan dari pasar. Kalau Mak biasanya pulang sekitar jam 12an siang sedangkan Apa pulangnya jam 3 sore.
Usia kami terpaut hanya selisih dua tahunan saja. Kakakku delapan, aku enam tahun, adikku yang sedang tidur empat tahu dan si Bungsu dua tahun.
Ketika itu kami sangat bingung. Bagaimana caranya supaya adik bungsuku diam, tidak rewel. Padahal suhu badan dia normal-normal saja tidak panas.
Terlintas saja di pikiran kakakku untuk mengayunkan si Bungsu agar tidak rewel lagi dan tertidur. Dia mengajakku untuk pergi ke sebuah pohon jambu. Kebetulan pohon jambu itu berbatasan dengan “Pekuburan Umum.”
“ Ayo, Dek! Kakak punya ide nih!”
“Ide apa, Kak? “
“ Kita buat ayunan di pohon jambu itu saja yuk! “
“Janganlah Kak, di situ kan seram.” Soalnya dekat kuburan!.