Mohon tunggu...
Maryati
Maryati Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari 4 orang anak

Optimis, setia dan menebar kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Semangat Membara Si Bungsu Ikut Pawai dan Tarawih

15 April 2021   12:40 Diperbarui: 15 April 2021   12:48 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semangat Membara Si Bungsu Ikut Pawai dan Tarawih

Oleh Maryati

Hari pertama puasa adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh semua umat muslim yang beriman. Setelah setahun berlalu, kini hadir kembali dengan membawa berita yang menggembirakan. Berita gembira akan datangnya  bulan Ramadhan.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, sebelum memasuki bulan Ramadhan, Anak-anak TPQ menyambutnya dengan pawai. Pawai yang sederhana tetapi membuat bocah-bocah sangat bahagia.

Mereka hanya mutar-mutar keliling kompleks. Hanya satu blok saja yang mereka kelilingi yaitu blok C. Rasa senang yang terpancar di wajah mereka karena bisa berkumpul bersama teman-temannya yang selama ini tidak bisa bertemu secara bersamaan karena suasana masih ada Copid-19.

Berjalan sambil bershalawat, itu yang mereka lakukan saat pawai. Semangat yang membara  dan keakraban antara Santriwan/Santriwati dengan para Ustadzah yang mengawal dan mengawasinya.

Tidak ketinggalan dengan Si bungsu Anakku, dialah yang lebih bersemangat dan paling senang ikut acara itu. Padahal Anakku bukanlah Santriwan dari TPQ Masrurroh. Namun, dia hanya ikut ke Kakaknya saja.

Terpancar dari raut wajahnya saat dia berfoto dengan mereka. Dialah yang paling bergaya dan tentunya dialah yang paling imut, juga paling kecil usianya yaitu baru tiga tahun.

"Assalamu'alaikum Bu," Dede sudah pulang pawainya.

"Wa'alaikumsalam, Nak! " Alhamdulillah kalau sudah pulang sayang. Ibu takutnya Dede kehujanan.

" Tidak hujan, Ibu" kan Dede sudah berdo'a tadi loh !"

"Oh, iya, Dede tadi berdo'a biar hujannya berhenti biar Dede bisa pawai ya?"

"Iya, Ibu" masa Ibu lupa?"

"He he, iya Nak, Ibu ingat kok.'

Tanpa ditanya lagi, Anakku yang bungsu, dia langsung bercerita tentang keseruan saat ikut pawai. Dia mengatakan padaku, bahwa di jalan dia diberi minum dan makanan sama Pak Ustadz. Pak Ustadznya sangat baik padanya. Pak Ustadz tidak bilang kalau Dede harus di sunat. Terus kawan Dede yang kecil-kecil, itu mereka baik-baik semua sama Dede. Terus kawan yang besar-besar, adalah kawannya Teh Ika, Bu!" dia baik-baik juga loh sama Dede.

Itulah cerita dari Anakku yang bungsu. Dia memang sangat polos, lugu dan juga lucu kalau lagi ngomong. Dia juga suka mengajak bercanda padaku kalau lagi ngomong. Dia adalah temanku yang paling kecil usianya. Teman bermain, teman berlari-lari di rumah dan juga sebagai penghibur di kala orang-orang Dewasa merasa suntuk.

Di sayangi dan digangguin oleh seisi rumah. Terkadang dia menangis karena sering digangguin Kakak-kakaknya. Hanya padaku dia mengadu.
 
Tiba malam bulan Puasa, dia jugalah Anak yang paling semangat untuk ikut menjalankan  salat Tarawih menyambut hari pertama Ramadhan. Sampai-sampai dia jingkrak-jingkrak menunjukkan rasa bahagianya. Dia yang meminta sendiri untuk  ikut bersama bareng Ayahnya.

Salat Tarawih malam pertama, aku tidak sempat ikut karena anakku yang nomor dua dia tidak ada mukena yang bersih, dia tidak mau memakai mukena untuk sehari-hari, akhirnya dia memakai punyaku. Lupa kelewat saat mencuci pakaian.

Namun, sekalipun tidak ikut Tarawih, aku masih bisa melakukan hal-hal lain yang pahalanya hampir sama dengan mengikuti salat tarawih berjama'ah yaitu menyiapkan makanan atau minuman untuk mereka yang pulang dari Masjid. Lagian salat tarawih pun bisa dilakukan di rumah sendirian. Sekalipun salat Tarawih hukumnya sunah tetapi rasanya kurang afdol bagiku jika puasa tidak dibarengi salat Tarawih di Masjid. Apalagi mempunyai Anak empat yang harus di didik dengan baik dan diberikan contoh oleh orang tuanya yang baik.

Begitu datang dari Masjid, hanya si bungsulah yang mengoceh, setelah mengucapkan salam. Dia bercerita padaku, bahwa dia senang ikut salat Tarawih di Masjid. Si bungsu juga meminta izin lagi padaku agar besok diperbolehkan lagi ikut salat Tarawih sambil kedua tangannya di rapatkan di dada sambil bilang "Please Ibu, bolehkan Dede ikut salat lagi besok." Aku pun menjawab, "Iya boleh, Nak, asal jangan nakal di Masjidnya ya?." Tidak Ibu, Dede baik kok, tidak ke mana-mana.

Tahun ini sangat berbeda dengan tahun sebelumnya. Bulan puasa tahun lalu, kami tidak diperbolehkan sama sekali untuk salat Tarawih. Sekalipun membandel, Masjid yang kami tempati di jaga ketat oleh petugas Satpol PP yang berkeliling memantau Masjid-Masjid.

 Bulan puasa sekarang alhamdulillah salat Tarawih berjalan dengan lancar meskipun harus memakai masker saat salat. Akan tetapi, hanya itulah jalan satu-satunya supaya dapat menghindari wabah yang hingga saat ini dikabarkan masih ada yaitu wabah Corona.

Hanya itulah pemirsa, yang bisa aku sampaikan tentang kisah si bungsu yang sangat antusias mengikuti acara pawai dan salat Tarawih. Mudah-mudahan ada manfaatnya. Ambil sisi baiknya dan buang sisi buruknya.

Semoga saja pada Puasa bulan ini, wabah Corona benar-benar telah tiada. Supaya kami umat Islam dan umat-umat lainnya bisa beribadah dengan khusyuk dan tenang menjalankannya seperti sedia kala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun