Mohon tunggu...
Maryati
Maryati Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari 4 orang anak

Optimis, setia dan menebar kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mumun di Gondol Wewe Gembel

5 Maret 2021   10:53 Diperbarui: 5 Maret 2021   11:10 1151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  Oleh Maryati

Di saat kesibukan orang tuanya, Mumun selalu menjadi anak yang baik dan penurut. Ayahnya Mumun --Momon-- bekerja di PT. EX, sedangkan ibunya bekerja sebagai penjual gorengan di blok Q 25 lantai bawah.

Usia Mumun masih sangat kecil, yaitu berusia 5 tahun. Mumun sering diajak main oleh kakak-kakak cantik penghuni blok Q. Mereka merasa bahwa Mumun adalah penghibur dan pengobat rasa kangen kepada adik-adiknya di kampung halaman.

Namanya juga anak kecil, mau saja kalau diajak ke mana-mana oleh anak-anak gadis itu. Si Mumun sampai lupa pesan ibunya, untuk tidak main jauh-jauh. Menjelang waktu salat Magrib, Mumun pulang ingin menemui ibunya karena mau ikutan salat Magrib berjama'ah. 

Dia diantar oleh si Minah, salah satu penghuni Dormitory blok Q 25 lt 2 sampai tangga. Kebetulan, Minah adalah orang yang paling dekat dengan Mumun. Dia sering dibelikan boneka atau makanan ringan oleh si Minah.

Menjelang salat Isya, Mimin bertamu ke blok Q 25 lantai 2 menemui Minah, karena hanya Minah yang sering  dikunjungi oleh Mumun. Maksud kedatangannya hanya ingin menanyakan keberadaan anaknya yaitu si Mumun.

 Tok tok tok "Assalamu'alaikum "

"Wa'alaikumsalam," jawab Minah dari dalam rumah menghampiri ke luar.

"Maaf Neng saya mau tanya, apakah di sini ada Mumun? " tanya Mimin to the poin.

"Gak ada Mbak, tadi maghrib Mumun sudah saya antar sampai tangga" jawab Minah.

"Masa sih, Neng, tapi kok dia gak ada, ya?"

Kalau begitu saya pamit pulang ya, Neng, mau cari si Mumun dulu. Iya Mbak, semoga Mumun cepat ketemu, ya!  Aamiin," jawab Mimin sambil bergegas pulang.

Mimin segera mengemas jualannya dengan cepat-cepat. Padahal dia biasanya jualan sampai jam 12 malam. Dia langsung pulang menuju rumahnya di Ruli Blok R. Tujuan utama ingin mencari  anaknya yang hilang, mana tahu si Mumun pulang ke rumah. Namun, ternyata rumahnya pun masih gelap. Mimin masih mencari-cari keberadaan anaknya ke tetangga tetapi dia tak kunjung juga menemukannya.

Dia merasa panik dan putus asa karena anak semata wayangnya belum juga ditemukan. Hingga berjumpa dengan tetangga yang punya pengalaman keponakannya hilang. Lalu  tetangganya bercerita tentang sebuah dongeng "Wewe gembel" kepada Mimin.

 Begini ceritanya:

Wewe gembel adalah sesosok hantu dengan payudara yang sangat besar dan panjang. Hantu ini suka sekali dengan anak kecil yang suka keluyuran di waktu maghrib.

Saat menculik, wewe gembel akan berubah wujud menjadi seorang wanita yang cantik sehingga anak tersebut tidak merasa takut. Jika berhasil terkena bujuk rayunya, anak tersebut akan langsung dibawa ke sarangnya dan diangkat sebagai anak.

Dipercaya, sarang wewe gembel berada di pepohonan yang tinggi. Di sanalah anak yang diculik itu dirawat dan disusui. Anak itu juga akan diberi makan berupa kotoran manusia yang terlihat seperti makanan biasa. Selain itu, anak tersebut tak akan dipakaikan baju tapi dilumuri lumpur.

Begitu mendengar cerita pengalaman dari tetangganya, Mimin langsung menelepon suaminya agar lekas pulang. Lewat telepon umum, dia menceritakan dan  mengabarkan anaknya semata wayang hilang sejak maghrib tadi.

Setelah datang suaminya, Mimin menangis dan langsung mengajak suaminya menemui tetangganya yang mengetahui hal tentang wewe gembel. Keponakan tetangganya itu  pernah hilang di culik sang Wewe. Takutnya hal tersebut terjadi pada si Mumun.

Mereka berdua akhirnya pergi mendatangi tetangganya itu. Bermaksud ingin mengetahui lebih lanjut tentang cerita wewe gembel itu. Sekalian ingin meminta bantuan bagai mana caranya biar bisa menemukan lagi anaknya.

Alhamdulillah, akhirnya mereka menemukan jawabannya dari tetangga itu. Tetangganya  bilang "Biasanya untuk mencari anak yang hilang diculik wewe gembel, warga harus membunyikan dan membawa peralatan dapur, seperti panci, wajan, tampah bahkan kentungan sambil memanggil nama si anak dan melihat ke atas pohon." Namun, setelah ditemukan si anak akan terlihat linglung. Itu akibat ulah wewe gembel, agar si anak tidak menceritakan peristiwa yang dialaminya.

Tak menyia-nyiakan kesempatan lagi, mereka langsung memutuskan untuk mencari Mumun ke bukit "Holly Word" depan Blok Q25. Sekitar 15 orang beriringan mencari Mumun sambil membawa obor dan memukul-mukul  wajan, panci, dan peralatan masak lainnya. Diharapkan, tetabuhan itu akan menarik wewe gembel berjoget-joget dan melepaskan Mumun dari impitan payudaranya yang panjang.

Tiba-tiba Mimin melihat sandal yang dipakai Mumun tergeletak di tengah-tengah hutan.

"Loh, ini kan sandal Mumun? Pasti dia ada di sekitar sini!" kata Mimin dengan yakin.

Semua langsung terdiam dan tidak membunyikan tetabuhan lagi. Obor pun dimatikan, lalu kembali berusaha mencari Mumun. Setengah jam berlalu tapi Mumun masih belum ditemukan. Akhirnya, warga menyalakan kembali obor dan menabuh peralatan dapur.

Saat menengadah ke atas, mereka melihat Mumun duduk di atas pohon besar dengan wajah pucat. Ia tak mampu bicara dan baju yang dipakai sudah diganti dengan kain kumal, sekujur tubuhnya menempel lumpur kering. Dengan sigap salah satu dari mereka naik ke atas pohon dan membawa Mumun turun.

"Syukur Alhamdulillah ya Allah," kata orang tuanya Mumun sambil menciumi dan menggendong Mumun menuju rumah. Semua orang ikut lega dan tersenyum gembira.

Mumun masih syok dan diam seribu bahasa dengan wajah pucat. Setelah diobati oleh Pak Ustaz, pelan-pelan dia pun mulai sadar. Ia lantas bercerita bahwa sewaktu turun dari tangga lantai dua, ia mendengar ada suara orang memanggilnya. Ia mengira itu suara ibunya. Karena penasaran, Mumun mendekati asal suara tersebut.

Dari balik arah menuju tangga satu, kebetulan sepi banget, terlihat sosok wanita cantik sedang melambaikan tangannya. Mumun mendekatinya dan saat itulah ia dibawa terbang menuju ke atas pohon yang paling tinggi. Wanita itu memeluk seolah tak mau dipisahkan. Ia tak menyakiti Mumun sedikit pun. Justru memberinya aneka makanan dan menawarkan minuman dari payudaranya.

Saat itu, Mumun ketakutan setengah mati, apalagi melihat payudara wanita itu yang panjang menjuntai. Si Mumun menolak dan berteriak minta tolong, tapi sepertinya tak ada orang yang mendengar hingga akhirnya ditemukan warga di atas pohon besar.

Untunglah si Mimin gak mau memakan atau minum tawaran wewe gembel itu. Menurut Pak Ustaz dan tetangganya Mumun, makanan yang ditawarkan itu adalah kotoran manusia, yang dalam penglihatan manusia seolah-olah makanan yang lezat yang paling ia sukai. Jika tadi Mimin menerima tawarannya, dapat dipastikan anak akan menjadi bisu. Hal ini agar ia tak menceritakan apa yang dialaminya pada orang lain.

Oleh Maryati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun