Mohon tunggu...
Dwi Hastuti Listiyani
Dwi Hastuti Listiyani Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika SMP Negeri 1 Patuk Gunungkidul

Guru matematika yang selalu ingin belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.2

28 Februari 2023   09:30 Diperbarui: 28 Februari 2023   09:41 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya" menurut saya adalah sebagai pemimpin di sekolah, diharapkan dapat memanfaatkan sumber daya yang ada dalam rangka mencapai tujuan pendidikan di sekolah. 

Sebagai guru atau pemimpin pembelajaran di kelas, saya dapat mengelola sumber daya yang ada dengan memperhatikan segala kekuatan yang dimiliki sekolah yang dapat mendukung terlaksananya proses pembelajaran dan memanfaatkannya agar pembelajaran efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.

Cara pandang pemimpin pembelajaran dalam melihat komunitasnya akan berpengaruh pada keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Ada dua cara pandang yang ada yaitu: Asset Based Thinking (Pendekatan berbasis aset/kekuatan) dan Deficit Based Thinking (Pendekatan berbasis kekurangan/kelemahan). 

Pendekatan berbasis aset akan berfokus pada aset dan kekuatan, membayangkan masa depan, berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut, mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya, merancang rencana berdasarkan visi dan kekuatan, dan melaksanakan rencana aksi yang sudah direncanakan.

Pengelolaan sumber daya alam yang berbasis aset dan kekuatan mengedepankan bagaimana melaksanakan suatu program/kegiatan dengan memaksimalkan semua sumber daya yang ada. 

Melalui kolaborasi bersama antara kepala sekolah, guru, dan staf tata usaha akan memunculkan banyak solusi kreatif dalam mewujudkan program/kegiatan. Dengan demikian maka proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas dan lebih efektif bukanlah keniscayaan lagi.

Materi modul 3.2 ini berkaitan erat dengan materi di modul-modul sebelumnya. Misalnya ketika sekolah kita merencanakan suatu program kegiatan, kita harus menyelenggarakannya dengan berpusat pada murid (modul 1.1 filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara), dengan menerapkan nilai-nilai yang ada dalam modul 1.2, serta melakukan visi prakarsa perubahan dengan langkah BAGJA (modul 1.3) dengan mengidentifikasi segala aset/kekuatan yang ada dan memanfaatkannya demi terselenggaranya program tersebut (modul 3.2).

Perubahan yang saya rasakan setelah belajar modul 3.2 ini adalah adanya perubahan mindset. Di mana sebelumnya saya ketika mempunyai rencana kegiatan, masih berpikir berbasis kelemahan. Saya masih memikirkan apa yang kurang dan masih dibutuhkan. Sekarang saya berusaha mengubahnya ke pemikiran berbasis kekuatan/aset.  Berusaha hanya memikirkan kekuatan apa yang sudah ada dan memaksimalkan yang sudah ada. Dan ternyata dengan kolaborasi dan sharing bersama rekan guru dapat memunculkan banyak ide kreatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun