Pada tahun 2024, saya berkesempatan mengikuti sebuah ekskursi yang tidak hanya memberikan pengalaman baru, tetapi juga memperkaya pemahaman saya tentang pendidikan dan kehidupan pesantren.Â
Pondok Pesantren Al-Mizan, yang terletak di kawasan yang asri dan tenang, menjadi tempat bagi kami untuk menggali lebih dalam tentang kehidupan seorang santri dan nilai-nilai pendidikan yang dijunjung tinggi dalam tradisi Islam. Pengalaman ini bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan batin yang penuh makna.
Ekskursi ini bermula dari sebuah tujuan yang sederhana: untuk memahami lebih dekat kehidupan di pesantren dan menggali lebih dalam filosofi pendidikan yang diterapkan di sana. Pondok Pesantren Al-Mizan yang kami kunjungi dikenal sebagai salah satu pesantren yang mengedepankan pengajaran agama dan ilmu pengetahuan secara holistik.Â
Namun, sebagaimana pesantren lainnya, Al-Mizan juga memiliki tantangan tersendiri dalam menjalani proses pendidikan yang terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari para santrinya. Hal ini menjadi tema utama dalam perjalanan ekskursi kami.
Melihat Kehidupan Seorang Santri
Hari pertama di Pondok Pesantren Al-Mizan dimulai dengan sambutan hangat dari pengasuh pesantren. Mereka menjelaskan bahwa pesantren ini menggabungkan kurikulum agama yang kuat dengan pelajaran umum yang diintegrasikan dengan nilai-nilai moral dan spiritual. Para santri di pesantren ini tidak hanya diajarkan untuk menjadi pribadi yang cerdas, tetapi juga menjadi manusia yang bertanggung jawab dan berbudi luhur.
"Di pesantren, kita tidak hanya mencari ilmu, tetapi juga mencari keberkahan hidup," kata salah satu pengurus pesantren dalam sambutannya. Saya terkesan dengan kedalaman pemikiran yang terkandung dalam kalimat tersebut.Â
Tidak hanya sekadar belajar agama atau ilmu dunia, tetapi pesantren juga menjadi tempat untuk membangun karakter dan menjalin hubungan yang lebih kuat dengan Tuhan. Di sini, pendidikan tidak hanya dilihat sebagai pengetahuan, melainkan juga sebagai sebuah perjalanan spiritual.
Saat melakukan tur keliling pesantren, kami diajak melihat berbagai fasilitas yang ada, seperti ruang kelas, masjid, asrama, dan perpustakaan. Di setiap sudut pondok, tercium aroma ketenangan dan kedamaian yang khas. Para santri, yang kebanyakan masih remaja, tampak tekun belajar dengan suasana yang sangat disiplin namun penuh kasih sayang.Â
Mereka menyambut kami dengan senyum ramah, meskipun rutinitas mereka sangat padat. Pagi hari dimulai dengan shalat subuh berjamaah, dilanjutkan dengan kegiatan mengaji Al-Qur'an, dan berbagai kegiatan akademik hingga sore hari.
Salah satu momen yang paling berkesan adalah saat saya berkesempatan berbincang dengan beberapa santri mengenai motivasi mereka belajar. "Kami belajar di sini untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi umat," ujar Hasan, seorang santri kelas tiga, dengan penuh keyakinan.Â