Selayaknya penjajah, kalau tidak menindas dan melarang rasanya gak afdhol. Salah satu larangannya adalah berdirinya pandu-pandu di tanah air. HW termasuk yang kena getahnya. Tapi untungnya, terima kasih kepada Amerika yang berdosa mengebom nuklir Hiroshoma dan Nagasaki, Jepang akhirnya gak lama-lama di Indonesia.
Dengan angkat kakinya para penyuka harakiri itu dari tanah air betadan merdekanya Indonesia, para panduholic menggeliat bangkit. Lalu dimulailah kongres organisasi kepanduan di Indonesia tanggal 27 - 29 Desember 1945, maksudnya sih ingin menyatukan organisasi pandu yang ada. Bhineka Tunggal Ika kalo bahasa gaulnya itu. Akhirnya terbentuklah Pandu Rakyat Indonesia. Horeee!!!
Tapi ternyata hore-nya tidak bisa lama-lama. Belanda datang lagi di tahun 1948 dengan agresinya yang ke 2. Sewaktu Presiden, wakil presiden dan pemimpin lain ditangkap, Jendral Besar Soedirman tetap ngeyel tidak mau menyerah dan tetap melakukan gerilya meski sedang sakit. Tanggal 29 Juni 1948, Belanda yang bosen tinggal di Yogyakarta memutuskan keluar. Masuklah tentara kita yang gagah berani dan peristiwa itu dikenang sebagai Yogya Kembali.
Jendral Besar Soedirman yang terus-terusan sakit, akhirnya dirawat di RS. Magelang. Pada saat itu beliau mengamanatkan kepada Mawardi selaku Wakil Muhammadiyah agar Kepanduan Hizbul Wathan yang merupakan tempat pendidikan untuk CINTA TANAH AIR didirikan lagi. Selanjutnya dengan semangat "apa sih yang gak buat kamu!" Amanat itu dilaksanakan pada sore hari tanggal 29 Januari 1950. Haiban Hadjid memimpin apel HW sekaligus untuk meresmikan berdirinya kembali kepanduan Hizbul Wathan, dan pada malam harinya Jenderal Besar Soedirman wafat.
Kemudian tanggal 9 Maret 1961, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomer: 238/ 61, Kepanduan Hizbul Wathan dan kepanduan lainnya dilebur ke dalam Pramuka. Waktu terus berjalan, terjadi pemberontakan sana-sini, bunuh-bunuhan, pergantian kekuasaan, pembangunan, penculikan, krisis, reformasi dan akhirnya sampailah di bulan November 1999. Kepanduan Hizbul Wathan dibangkitkan kembali oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Melihat perjalanan Pandu HW yang panjang, jelas sekali saya punya hak untuk merasa kagum dan hormat, tidak hanya kepada Pandu HW sendiri, tapi juga kepada para senior-senior HW. Mereka pastilah kenyang merasakan pahit getirnya memperjuangkan HW pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Karena itulah semangat dan kedisiplinanya beda dengan kita yang muda-muda. Yang ketika lahir tidak lagi disambut peluru dan bom, tapi tawa riang dan puji syukur oleh keluarga. Maka bagi saya, para senior Pandu Hizbul Wathan adalah Laskar Pelangi yang sesungguhnya. Karena memberikan warna dalam perjalanan kemerdekaan Negara Indonesia ini. Semoga, jejak mereka ditiru oleh generasi-generasi setelahnya. Kita bisa sepakat bahwa kesetiaan, kecintaan dan pengorbanan tanpa pamrih demi tanah air Indonesia adalah nilai-nilai yang patut diteladani bukan?
klik disini untuk informasi lebih detail mengenai sejarah Hizbul Wathan