Libur Lebaran tahun ini saya pulang ke rumah orangtua di Salatiga. Tepatnya Salatiga "coret" karena sudah masuk di wilayah kabupaten Semarang.
Tapi boleh dong feeling home-nya di kota paling toleran ini? Hehe Ya, karena masa SMP dan SMA saya di Salatiga. Kota kecil di kaki gunung Merbabu.
Akhirnya kemarin tanpa rencana saya banyak ngider (beredar) di kota Salatiga. Wah, jadi sedikit nostalgia meskipun kota ini sudah banyak berubah.
Sarapan Soto
Minggu pagi (23/4) saya mengikuti misa di gereja Katolik Paulus Miki yang ada di jalan Diponegoro. Ini adalah nostalgia pertama saya. Sepertinya terakhir ke gereja ini saat masih di SMP karena tiap bulan ada misa pelajar.
Usai misa yang dimulai jam 8.00, kami bingung mau kemana. Sayang juga sudah jauh-jauh sampai di Salatiga dan hanya ke gereja. Berhubung masih hari Lebaran, saya tidak yakin mau apa juga. Rata-rata semua tutup.
Cling! Akhirnya saya punya ide untuk sarapan soto yang tidak jauh dari gereja yaitu soto Kesambi Gladagan.Â
"Semoga buka," doa saya dalam hati. Dan ternyata buka! Jadilah pagi itu saya dan suami sarapan soto.
Soto Khas Salatiga
Beda kota di Indonesia, beda juga variasi sotonya. Lalu bagaimana dengan soto khas Salatiga?
Soto di Salatiga biasanya berkuah bening. Seperti soto Kesambi Gladagan ini, kuah bening sangat berasa kaldu ayam kampungnya.Â
Untuk pelengkap, ada suwiran daging ayam, tauge, irisan daun seledri, dan taburan bawang merah goreng.
Bedanya soto di Salatiga dan Semarang terletak di taburan bawang goreng. Jika soto Semarang menggunakan bawang putih goreng, maka soto di Salatiga menggunakan bawang merah goreng.
Ada lagi yang khas menurut saya, yaitu acar. Soto di Salatiga dilengkapi acar ketimun dan atau wortel. Biasanya di meja makan ada wadah berisi acar, sambal, dan kecap. Jadi, acar ini opsional bagi yang suka.
Akan tetapi sependek pengalaman saya, di kota lain belum ada soto dengan bumbu pelengkap berupa acar. Nah, inilah yang membuat saya kemecer begitu semangkok soto datang!
Di meja sebelah saya ada kaleng plastik berisi kerupuk karak. Langsung deh saya permisi ke Bapak di meja sebelah untuk mengambil kerupuk karak ini.
Kerupuk karak ini juga khas Salatiga. Paling cocok saat dimakan bersama soto. Karak dipecah-pecah kecil, lalu dicampur dengan soto. Duh, enaknya!
Tapi seketika saya langsung teringat mendiang ibu saya. Beliau jika makan soto selalu dengan karak. Dulu sering diajak makan soto waktu belanja di pasar Salatiga. Ah, jejak rasa kadang membangkitkan banyak kenangan!
Ohya, sebenarnya banyak lauk di soto Kesambi Gladagan ini. Ada sate telur puyuh, perkedel, aneka gorengan dan rongkong. Rongkong inilah yang khas.
Rongkong ini berupa potongan tulang utuh dari 1 ekor ayam saat pembuatan kaldu. Rongkong digoreng sehingga lebih enak.
Kuliner Bersejarah Khas Salatiga
Dulu waktu saya masih di bangku SMP dan SMA, saya jalan kaki melewati jalan Gladagan. Bangunan rumah dengan cat hijau tosca kebiruan ini sudah terkenal menjual soto yang enak.
Sedari dulu namanya Soto Kesambi Gladagan. Namun kemarin waktu saya masuk kesana sudah ada yang berbeda karena ada papan kuning bertuliskan keterangan bahwa soto ini masuk dalam kuliner bersejarah khas Salatiga.
Menurut saya, sangat layak soto Kesambi Gladagan ini jadi tujuan wisata kuliner. Meskipun parkir terbatas karena lokasi di gang, tapi soto ini otentik, enak, dan bersih.
Buat penggemar soto, silahkan dicoba jika mampir di kota kecil Salatiga. Soto Kesambi Gladagan cocok untuk menambah "koleksi rasa" kuliner aneka soto Nusantara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI