Banyak ketidak-nyamanan dalam hidup. Tapi jika kita berfokus kesana, yang ada adalah ketakutan dan keputus-asaan. Dari sinilah, saya belajar bahwa masih banyak kebaikan-kebaikan di sekitar kita yang bisa kita rasakan.
Sore menjelang malam waktu itu. Si Bungsu merengek minta mainan lagi. Padahal siangnya seorang teman baik sudah membawakannya. Jujur, saya kesal sekali dengan si Bungsu. Namun di sisi lain saya tidak tega karena dia sedang sakit.
Baca juga :Â Malaikat di Sekitar Kita (Bagian 3)
Saya memaklumi kerewelan si Bungsu. Saya tahu dia tidak nyaman dengan kondisi yang ada. Tangan yang tak bebas bergerak karena terpasang infus, kamar yang minimalis, dan rasa rindunya dengan papa dan kakaknya. Sebuah kewajaran jika dia merengek.
Ada Tangan yang Selalu Membantu
Saat si Bungsu rewel seperti itu, biasanya saya ajak "belanja" di lokapasar. Dia bebas memilih dan memasukkan ke keranjang, tapi tidak saya transaksikan. Hahaha... (berharap dia lupa hihihi).
Tapi hari itu sungguh dia rewel dan ingin saat itu juga mainan datang. Saya bingung sendiri. Tentu tak mau merepotkan orang.
Lalu saya buka ponsel untuk mencari kontak salah satu toko mainan di mall dekat dengan rumah sakit.Â
Saya telpon langsung ke toko tersebut dan menceritakan keinginan saya untuk membeli mainan sekalian pengantaran.
Saya berikan nomor ponsel saya supaya staf toko bisa menghubungi saya via pesan WA. Saya butuh melihat foto mainan yang ada disana.
Tak disangka respon staf tersebut ramah dan helpful. Tak lama setelah telpon saya tutup, dia langsung mengirim pesan. Saya lebih mudah untuk mengajukan item yang ingin saya beli.
Berbagai foto dan video mainan dikirimkan sesuai permintaan. Dengan begitu, si Bungsu lebih bisa memilih. Setelah menentukan pilihan, proses pembayaran, dan pengiriman pun cepat.
Berhubung barang ini dikirim ke rumah sakit, maka saya memberi catatan pengiriman lebih detail. Mulai alamat rumah sakit, drop di mana, dan termasuk ruang dan kamar perawatan si Bungsu.
Si Bungsu terlihat lebih tenang. Namun juga tak sabar menunggu mainannya datang. Tak terhitung dia bertanya apakah sudah datang.
Rantai Kebaikan
Mungkin akan ada yang mengatakan saya terlalu mendramatisir sebuah kejadian. Hmmm... tak apa. Tapi bagi saya, adalah penting untuk menghargai kebaikan orang lain sekecil apapun itu.
Memang uang bisa membeli sesuatu. Tapi apakah uang mampu menggerakan sebuah kebaikan yang tulus? Menurut saya belum tentu.
Memang saya membeli mainan, toko pun butuh pemasukan. Tapi bisa saja kan mereka menolak untuk melayani pembelian? Belum lagi permintaan pengiriman lewat ojol. Bagi saya, semua tetap sebuah kebaikan apalagi dalam situasi yang tidak mudah.Â
Dari staf toko yang ramah, lalu diantar oleh bapak ojol, dan didrop di sekuriti rumah sakit. Baru dari sana diantar ke lantai 4 dan perawat ruangan yang menyampaikan kepada kami. Bukankah ada sebuah rantai kebaikan yang kami terima?
Pada saat perawat datang, si Bungsu yang tengah bosan dan berdiri di ruang antara (kami di ruang isolasi) langsung berlari untuk mendapat paket mainannya. Perawat tersenyum melihat keceriaan si Bungsu yang antusias.
Dari hal kecil ini, saya belajar bahwa ada saatnya kita sebagai manusia tak berdaya. Ada keterbatasan yang pada akhirnya membatasi.Â
Sebagai penunggu pasien covid, saya tak leluasa keluar dan mengambil barang. Tapi dari sinilah saya belajar untuk selalu mengucap syukur dan berterimakasih dalam segala hal. Baik hal besar maupun hal kecil.
Terimakasih untuk malaikat-malaikat di sekitar, staf toko, sekuriti rumah sakit, ojek online, perawat, dan siapa saja.Â
Kebaikan yang kecil menjadi besar karena ada kasih disana. Kiranya semua diberi kekuatan dan kesehatan. God bless!
Catatan :Â
Diary "Malaikat di Sekitar Kita" adalah catatan saya tentang kebaikan-kebaikan orang di sekitar saya saat si Bungsu harus rawat inap di rumah sakit karena covid-19.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H