Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Malaikat di Sekitar Kita (Bagian 3)

3 Maret 2022   06:00 Diperbarui: 3 Maret 2022   07:56 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malaikat di sekitar kita (Bagian 3) | Foto: pixabay.com

Tiga hari menemani anak di rumah sakit saat pandemi ternyata tidak mudah. Apalagi dia pasien covid-19. Ditambah papa dan kakaknya juga terkonfirmasi positif.

Semua menjadi serba susah. Jika biasanya bisa ditengok, sekarang tak bisa ditengok. Jika biasanya orang rumah bebas mengantar makanan atau kebutuhan apapun, sekarang tak bebas lagi. 

Baca juga : Malaikat di Sekitar Kita (Bagian 1)

Hal ini diperburuk lagi dengan kondisi papa dan kakaknya yang harus isolasi mandiri. Artinya mereka sekedar keluar untuk drop kebutuhan juga tak bisa.

Si Bungsu Rewel Meminta Mainan

Hari pertama semua berjalan biasa. Saya memang membawa mainan untuk si Bungsu. Asal ambil sekenanya saja. Hari itu  hanya sebentar dia mau memainkan mobil dan robot-robotnya. Dia lebih banyak tidur, jadi tidak terlalu rewel. Mungkin karena demam masih tinggi, jadi tak bertenaga.

Hari kedua, begitu bangun membuka mata, dia merasa lebih baik. "I feel better, mommy!" ucapnya riang. Saya merasa lega. Artinya kondisinya sedikit membaik, meskipun demam masih di rentang 37-38°C.

Setelah itu tiba-tiba minta mainan. Dia bilang, "I want star wars light saber". Duh, pusing deh! Saya berdiplomasi saja nanti beli kalau sudah sembuh. Lalu bertanya seperti apa mainan yang dimaksud. Tak lama setelah itu, dia tenang dan tertidur nyenyak.

Namun saat bangun tidur langsung menagih mainan yang dimaksud. Papanya sudah membelikan via loka pasar. Pikirnya nanti akan diberikan saat dia pulang ke rumah.

Baca juga : Malaikat di Sekitar Kita (Bagian 2)

Hmmm... ternyata dia tak sabar menginginkan mainan itu. Saya bingung sendiri harus bagaimana. Si Bungsu terus merengek dan rewel. Jika saja suami bisa bebas keluar mungkin bisa ke toko mainan. Sungguh, kondisi begini terasa serba susah.

Sahabat Rasa Saudara

Dalam kondisi seperti ini terkadang saya berkhayal tinggal dekat dengan orangtua dan saudara. Pasti mereka akan membelikan dan mengirim ke rumah sakit untuk cucu atau ponakannya. Hmmm... makin sedih!

Tapi saya ingat, disini saya punya beberapa teman dekat yang baik. Saya pun menghubungi teman saya dan meminta bantuan. Seperti seorang saudara, teman saya merespon cepat. Bahkan menawarkan apalagi yang saya butuhkan.

Seketika saya terharu bahagia. Bagaimanapun punya sahabat rasa saudara itu luar biasa! 

Tak ada yang lebih membahagiakan punya sahabat yang mau ke toko mainan mencarikan mainan yang diinginkan si Bungsu. Lalu membelikan kebutuhan kecil saya di rumah sakit dan makanan yang diminta si Bungsu.

Si Bungsu dengan robot mainannya (Foto : Dokpri MomAbel)
Si Bungsu dengan robot mainannya (Foto : Dokpri MomAbel)
Siang itu juga, mainan, makanan, dan barang-barang didrop ke rumah sakit. Si Bungsu menjadi ceria setelah menerima mainan, lalu tertidur pulas. Tak perlu sesuai keinginannya, yang penting ada mainan baru.

Si Bungsu pun mulai mau makan sedikit demi sedikit. Makanan yang dibelikan sahabat saya dimakan lumayan banyak. Padahal hari sebelumnya, dengan makanan yang sama dia tidak berselera.

Buru-buru saya kirim foto si Bungsu bersama mainannya kepada sahabat saya. Tentu sekalian mengucapkan banyak terimakasih.

Menjadi "Saudara" Bagi Siapa Saja

Mengingat ini semua, saya merasa bersyukur bahwa saya punya teman baik dan "sahabat rasa saudara". Dia selalu menyediakan diri saat kesusahan menimpa saya.

Bagi saya, sahabat rasa saudara melebihi harta apapun. Ini sekaligus mengingatkan saya untuk melakukan hal yang sama, yaitu menjadi "saudara" bagi siapa saja di sekitar saya.

Terimakasih sahabat, malaikat-malaikat tak bersayap di sekitar. Kiranya kemurahan dan kebaikan Tuhan selalu menyertaimu. Amin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun