Vaksin Covid-19 untuk Anak, Aman-aman Saja!Akhirnya setelah lama menunggu, anak saya dapat giliran juga untuk vaksinasi Covid-19.Â
Sebuah kabar menyenangkan dan melegakan ketika Badan POM mengeluarkan izin penggunaan darurat vaksin Covid-19 untuk anak umur 6-12 tahun pada Desember lalu.
Anak saya (usia 10 tahun 10 bulan) memang sudah saya persiapkan untuk vaksin. Saya berikan bacaan komik tentang vaksin supaya lebih paham tujuan vaksinasi. Mungkin karena sudah paham, jadi dia sendiri juga menanti-nanti momen ini.
Vaksinasi diadakan oleh sekolah
Pada bulan Desember, sekolah anak saya sudah mengumumkan bahwa akan menyelenggarakan vaksinasi di bulan Januari. Karenanya, saya menunggu saja meskipun ada juga rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain yang menyelenggarakan.
Bagi saya, program vaksinasi di sekolah lebih mudah dan tidak ribet karena pihak sekolah sudah mendata peserta.Â
Orangtua tinggal mempersiapkan persyaratan vaksin saja. Tentunya sekolah sudah mempersiapkan alur proses dan lokasi yang memadai.Â
Proses vaksinasi lancar
Hari itu (13/1) kelas 3-6 SD mendapat giliran jam 10.00 sampai jam 12.00 siang. Berhubung dengan segala keribetan, kami datang sudah hampir jam 10.30. Beruntungnya, saya dapat tempat parkir yang tak jauh dari gedung.
Sampai di tempat vaksin, ternyata sudah ramai sekali antrian. Hanya saja karena tempatnya luas dan besar masih terasa cukup nyaman.
Pertama, kami harus duduk di ruang tunggu yang terpisah dari lokasi vaksin. Di sini kami menunggu giliran dipanggil. Setelah dipanggil, barulah kami berjalan menuju lokasi vaksinasi yang merupakan lapangan olahraga terbuka namun beratap.
Setelah sampai, ternyata nomor antrian kami 425. Wah, ternyata peserta vaksinasi banyak! Enaknya tempat yang terbuka dan luas adalah memungkinkan sirkulasi udara yang baik. Sambil menunggu, si Sulung pun bermain bersama adiknya.
Ketika giliran tiba, maka yang pertama kali harus kami lakukan adalah registrasi. Di sini kami menyerahkan formulir persetujuan orangtua dan fotokopi kartu keluarga.
Sesudah itu, kami menuju ke area skrining oleh dokter. Di sini ditanya sesuai pertanyaan yang ada di kartu kendali.Â
Berhubung si Sulung dalam kondisi sehat, tidak vaksin apapun untuk dua minggu sebelumnya, dan tidak punya komorbid, alergi, dan lain-lain maka lolos.
Sinovac. Saya bersyukur, semua tenaga kesehatan di sana ramah anak. Hal ini sangat membantu anak untuk rileks dan tidak tegang.
Selanjutnya adalah proses penyuntikan vaksinProses penyuntikan vaksin berjalan lancar. Si Sulung biasa saja. Malah adiknya yang super aktif itu "mengawasi" proses penyuntikan bak bodyguard. Hahaha
Waktu itu tidak terdengar ada anak yang nangis karena disuntik. Mungkin karena sudah besar dan mengerti. Bisa jadi anak-anak kelas 1-2 SD yang banyak nangis. Saya sendiri lega karena si Sulung tak mengeluh sakit. "Biasa saja!" begitu katanya.
Aman-aman saja!
Sebelum vaksinasi, saya sempat galau karena si Sulung sedang menstruasi. Ada kekuatiran apakah aman atau tidak.
Namun karena selama ini tidak pernah ada keluhan saat menstruasi (pusing, kram perut, dan lain-lain) saya berani ikutkan vaksinasi. Ternyata tak masalah juga vaksin saat menstruasi.
Lalu bagaimana dengan efek samping?Â
Setelah tiga hari pun tak ada keluhan apa-apa. Bahkan tangan sakit atau pegal pun tidak. Hmmm... sepertinya si Sulung seperti papanya, tahan banting!
Bolak-balik tiap hari saya bertanya, dia selalu menjawab, "Biasa saja. Tak ada rasa apa-apa!"Â
Oke, baiklah berarti aman-aman saja.
Semoga sehat sampai ke vaksinasi dosis kedua nanti supaya aman untuk PTM 100%. Yuk, bagi yang belum vaksin segera vaksin!
Sekian dan semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H