Kalau sudah begitu, tentu tidak ada ujungnya. Masing-masing teguh dengan pilihannya. Jika dibiarkan, bukan hanya berebut remote tapi akan adu mulut. Karenanya, saya ajak negoisasi untuk mencari win-win solution.
Win-win solution-nya adalah bergantian dengan waktu 30 menit. Jika mereka masih terus ribut, saya akan mengatakan untuk mematikan televisi saja supaya adil. Sejak itu, pertengkaran berebut acara televisi mulai berkurang.
Dari situ saya belajar bahwa mencari solusi terbaik adalah cara yang sehat untuk menengahi pertengkaran anak-anak. Ajak anak-anak untuk fokus pada solusi bersama dan bukan pada masalah.
4. Buat aturan yang jelas
Menjadi penengah yang adil untuk anak memang tidak mudah. Oleh karena itu, lebih baik dibuat aturan yang merupakan kesepakatan bersama.
Suatu ketika anak-anak bertengkar berebut mainan. Langkah persuasif pertama adalah mengajak bermain bersama atau secara bergantian. Akan tetapi, namanya anak-anak seringkali mau menang sendiri.
Jika sudah begitu, lebih baik dibuat aturan yang jelas. Misalnya, durasi bermain. Selain itu, perlu juga diajarkan tentang kepemilikan dan untuk selalu meminta ijin ketika menggunakan barang orang lain.
5. Ajarkan berdamai
Dibalik pertengkaran yang membuat orangtua pening, sebenarnya ada hikmahnya. Tiap kali bertengkar ajaklah anak-anak untuk berdamai. Jika bersalah harus minta maaf. Sebaliknya juga harus memaafkan.
Memang pada dasarnya, anak-anak mudah melupakan. Setelah bertengkar mereka akan kembali baik dan bahkan bermain bersama. Namun, sebaiknya jangan lupa untuk menanamkan nilai kasih sayang.
Menurut saya, sangat penting mengajarkan untuk saling mengasihi sesama saudara. Dengan demikian, mereka terbiasa untuk meminta maaf, memaafkan, dan hidup dalam damai.
Harapannya tentu saja nanti setelah mereka besar tidak lagi bertengkar. Kalau pun ada konflik, mereka terbiasa untuk fokus pada sousi, mencari jalan tengah, dan tidak egois.
Sekian dan semoga bermanfaat.