Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menjadi Penengah Pertengkaran Anak

15 November 2021   20:00 Diperbarui: 15 November 2021   22:35 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertengkaran anak-anak (Foto: Pixabay.com/Victoria_Borodinova)

Orangtua menjadi penengah

Pertengkaran anak-anak tak bisa dihindari. Karenanya, orangtua sebaiknya belajar menjadi penengah yang baik.

Tak setiap kali anak-anak bertengkar, saya melerainya. Biasanya jika sudah terjadi kegaduhan, saling memukul, atau bersikap kasar saya akan turun tangan untuk menengahi.

Belajar dari pengalaman sehari-hari menengahi pertengkaran si Sulung dan si Bungsu, berikut sedikit tip dari saya tentang sikap orangtua saat terjadi pertengkaran:

1. Tidak memihak
Saat terjadi pertengkaran, masing-masing anak akan membela dirinya. Biasanya orangtua menjadi subjektif. Kebanyakan orangtua langsung memihak yang paling kecil tanpa melihat kesalahan.

Awalnya saya juga begitu, lalu saya berpikir betapa kasihan sekali si Sulung jika selalu dipersalahkan. Padahal si Bungsu juga sering membuat kesalahan, egois, dan mau menang sendiri. Tentu tak baik juga kalau dia selalu dibela dan kakaknya harus mengalah.

Mulai dari situ, setiap mereka bertengkar saya berusaha dipihak yang netral untuk menengahi. Si Sulung tak harus mengalah dan dianggap salah. Si Bungsu tak harus selalu dituruti. Apalagi hampir semua pertengkaran, masing-masing anak berkontribusi membuat kegaduhan.

2. Menjadi pendengar yang baik
Anak-anak kerap kali mengadu ke orangtuanya. "Mama, Kakak nauhgty!" atau tiba-tiba Si Sulung datang dengan menangis karena dipukul adiknya. Kalau sudah begitu, saya berusaha tenang. Saya tanyakan apa masalahnya. Saya cari tahu kronologinya bagaimana.

Dengan cara seperti itu, saya lebih tenang dan obyektif. Menjadi pendengar yang baik untuk anak-anak yang sedang emosi memang tidak mudah. Kita cenderung ikut naik darah dan ingin cepat-cepat menyelesaikan pertengkaran. Karenanya, orangtua harus melatih diri untuk tenang, sabar, dan tidak ikut emosi.

Biasanya saya ajak mereka duduk bersama untuk bercerita persoalannya. Itupun mereka masih saling pukul dan balas. Tapi setelah mendengar dan tahu persoalannya, maka kita bisa bijak untuk menengahinya.

3. Mencari win-win solution
Namanya bertengkar pastinya ingin menang. Misalnya rebutan acara televisi, si Bungsu maunya menonton saluran kartun anak-anak sedangkan si Sulung maunya saluran youtube tentang teknik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun