Adalah baik jika seorang anak mampu merawat orangtuanya di masa senja. Terlebih ketika orangtua sudah tak berdaya, membutuhkan bantuan, dan sakit-sakitan.
Ada masa orangtua membutuhkan tak hanya sekadar uang kiriman, tapi perhatian dan perawatan langsung. Tentu saja tidak bisa dikatakan sebagai balas budi karena pasti kita tak sanggup membalas sebesar kasih sayangnya pada kita (apalagi untuk ibu yang menyayangi bahkan sejak dari kandungan).
Namun berdasar pengalaman saya, anak yang tidak bisa merawat orangtua bukan berarti tidak mau dan tidak sayang. Ada kondisi-kondisi tertentu yang membuat seorang anak tak bisa melakukannya.
Kondisi sakit berat
Ini adalah pengalaman orangtua saya. Bapak saya anak tunggal dan satu-satunya anak kandung. Karenanya ketika kakek saya tinggal sendiri dan sudah sepuh diajak tinggal bersama bapak dan ibu saya. Siapa lagi yang akan merawat jika bukan anak kandungnya?
Awalnya masih biasa dan tak ada masalah. Ibu saya (menantu) yang penderita diabetes masih bisa merawat. Kakek saya bolak-balik ke rumah orangtua saya dan rumahnya sendiri. Tak apa, biarlah sesuka hatinya.
Namun entah di tahun keberapa ibu saya tak bisa lagi merawat. Faktor kesehatan adalah alasannya. Ibu sudah berulangkali masuk rumah sakit untuk operasi gangren. Diabetes-nya sudah pada tahap komplikasi ke neuropati diabetes waktu itu.
Jangankan mengurus orangtua, untuk mengurus dirinya saja sudah kewalahan. Waktu si bungsu lahir sempat menunggui saya. Di rumah saya, untuk menarik risleting atau mengancingkan baju saja harus minta tolong ke suami atau saya loh.
Jadi, terbayang bagaimana merawat kakek dengan kondisi seperti itu. Belum lagi ibu sering kepikiran ini dan itu. Ketika kakek tinggal di rumah menjadi semacam tekanan dan semakin kecil hati karena tidak bisa merawat.
Dari situlah, kami anak-anaknya menghibur bahwa tak bisa merawat orangtua bukan berarti tak sayang. Jikalau tidak mampu karena sakit berat, apa harus dipaksakan?
Orangtua yang tidak mau