Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Beli Apartemen antara Kebutuhan, Investasi, atau Sekadar Gengsi?

28 Oktober 2021   06:00 Diperbarui: 29 Oktober 2021   17:01 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tinggal di apartemen | Sumber: Terroa via properti.kompas.com

Beli Apartemen, Kebutuhan, Investasi atau Sekadar Gengsi?

Pilihan tempat tinggal untuk keluarga sekarang ini bermacam-macam. Ada rumah tapak ataupun hunian vertikal seperti apartemen. Ada milik sendiri ataupun sistem kontrak. Ada rumah di kompleks, dan ada juga di perkampungan.

Menurut saya, pilihan tempat tinggal tergantung selera, kebutuhan, kebiasaan hidup, kesepakatan dengan pasangan, dan juga kondisi keuangan. 

Namun, beberapa tahun belakang ini pembangunan hunian vertikal seperti apartemen sangat masif. Itu yang saya lihat di area Jabodetabek. Bukan hanya Jakarta, tapi daerah lain pun sama.

Cobalah melewati jalan tol Jakarta-Cikampek saja, dari Bekasi hingga Karawang sekarang banyak terbangun apartemen. 

Daerah yang dulunya sawah berubah menjadi apartemen. Semakin hari gedung tinggi apartemen semakin banyak dan menjulang di mana-mana. Tawaran marketing di mana-mana dan menggiurkan.

Jika dilihat motivasi orang membeli apartemen tentu berbeda-beda. Dari pengamatan kecil saya, berikut motivasi di balik lakunya hunian vertikal apartemen sekarang ini.

1. Sebagai rumah tinggal

Bagi kaum muda, mungkin hunian apartemen lebih cocok dan disenangi. Juga untuk keluarga-keluarga yang hanya sementara tinggal di suatu kota, daripada beli rumah lebih enak menyewa apartemen.

Tinggal di apartemen lebih praktis dan minimalis, tak perlu mengisi banyak perabot. Biasanya lokasi apartemen strategis sehingga lebih mendekatkan dengan kantor atau sekolah.

Apartemen antara kebutuhan, investasi, atau sekadar gengsi (Foto : pixabay.com/Beautiful-Moment)
Apartemen antara kebutuhan, investasi, atau sekadar gengsi (Foto : pixabay.com/Beautiful-Moment)

Sebagian orang juga memilih tinggal di apartemen karena lebih bebas. Kehidupan di apartemen sangat individual. Tak perlu resek dengan urusan tetangga dengan segala basa-basinya.

Dengan adanya kondisi seperti itu, apartemen mampu mengakomodir kebutuhan dan keinginan ini. Tak heran apartemen di daerah tertentu sangat laris dan bahkan nilai jual atau sewanya menjadi tinggi.

2. Untuk investasi

"Bisa untuk investasi, Bu..." begitu rayuan marketing apartemen di daerah saya ketika saya menolak halus. Saya jawab bahwa saya sudah ada rumah.

Selain itu, karena saya punya pengalaman sendiri mengenai apartemen, biasanya saya iyakan saja sambil senyum. Jika bersama suami, langsung saya alihkan supaya tidak tergiur (Hahaha... ibu-ibu banget!)

Jauh sebelum heboh pembangunan kawasan bisnis dan apartemen di Cikarang, memang di daerah saya ini sudah banyak apartemen. Jadi terbayang, jika nanti semua sudah terbangun Cikarang akan menjadi padat dengan apartemen.

Pada waktu peluncuran awal mega proyek apartemen di sini, semua orang memang heboh. Bagaimana tidak tertarik karena memang konsep dan presentasi dari marketingnya sangat bagus. 

Nanti akan dibangun ini dan itu, dilengkapi dengan fasilitas umum dan taman besar, bahkan akan dibangun helipad pada bagian atas gedung apartemen. Wow.... Sangat menarik, bukan?

Waktu itu tanda jadi pemesanan unit hanya dua juta rupiah. Kantor marketingnya berupa satu mall penuh dengan desain interior futuristik. Pokoknya wuihhh!

Orang-orang pun berbondong-bondong membelinya untuk investasi, bahkan ada teman suami yang menjadi sangat impulsif. Dia sampai meminjam uang kepada kami untuk tanda jadi dua unit apartemen. Tak bisa dipungkiri, iming-iming apartemen untuk investasi ini sangat menarik.

Apakah apartemen akan menjadi investasi yang menguntungkan? Saya kurang tahu. Tapi tanda-tanda bahwa apartemen sudah memasuki fase "bubble" sudah sangat terlihat.

Di daerah saya, ada apartemen kelas menengah ke atas yang banyak kosong, angka ketersewaannya juga rendah. 

Info yang saya dapat dari obrolan dengan seseorang juga apartemen sekarang ini sudah terlalu banyak. Bisa jadi untuk menjual atau menyewakan juga tidak mudah.

3. Untuk sekadar gengsi

Suatu kali bertemu dengan seorang yang masih muda dan masih ada hubungan saudara. Dia bercerita sudah membeli apartemen kecil di daerah Jakarta. Juga sudah membeli mobil.

Sebenarnya tak masalah. Sah-sah saja daripada uang hasil kerja tak jelas lari kemana. Hanya saja saya menangkap dari omongannya bahwa kaum muda itu keren jika sudah punya apartemen. Bisa jadi untuk gaya karena yang penting punya.

Nah, bagi yang berkeluarga pun sama, karena saking hebohnya iklan pemasaran mega proyek di Cikarang, ada masa euforia di mana jika tak punya, tak ikut memesan, dan atau tak membeli apartemen itu seperti kurang, "Kok nggak beli? Sayang loh..." atau "Pesan berapa unit?"

Hmmm... orang memang beda-beda ya? Karenanya, tak bisa digebyah-uyah. Semua kembali ke awal tulisan ini bahwa membeli apartemen itu tergantung kebutuhan, kebiasaan hidup, selera, kesepakatan bersama, dan kondisi keuangan masing-masing orang.

Apakah akan menjadi tempat tinggal, investasi, atau pun sekadar gengsi? Semua berpulang pada diri sendiri, sebaiknya pertimbangkan secara matang sebelum membeli.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun