Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Cara Saya Mencegah Diabetes Melitus karena Risiko Keturunan

5 Oktober 2021   06:00 Diperbarui: 5 Oktober 2021   12:06 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diabetes Melitus | Sumber: Pexels/Nataliya Vaitkevich

Luka bisul pada ibu saya dalam waktu singkat berkembang menjadi gangren yang sangat parah. Dari sinilah, dilakukan pemeriksaan dan ternyata kadar gula ibu saya sudah di angka 400.

Luka pada penderita DM | Foto : tribunnews
Luka pada penderita DM | Foto : tribunnews
Sejak saat itu ibu "resmi" menjadi penderita DM yang harus selalu minum obat atau suntik insulin. 

Selama kurang-lebih enam belas tahun sebagai penderita DM, ibu saya banyak mengalami up and down.

Sebagai anak, saya menjadi banyak belajar dan paham dengan kondisi DM. Tak terhitung berapa kali ibu rawat inap, berapa kali operasi gangren, berapa kali saya ikut stres dengan keadaan ibu saya, dan sekarang sudah pada neuropati DM.

Namun, saya sebenarnya sudah mengantisipasi sejak muda. Di usia 24 tahun, saya mendapat saran dari kenalan dokter. 

Intinya karena saya punya faktor risiko lebih, maka harus memulai kebiasaan makan yang baik. Hal ini bertujuan supaya pankreas saya tidak terforsir sejak muda.

Tapi ya bagaimanapun saya waktu itu masih muda, saya hanya sebatas mengurangi porsi nasi dan tetap saja minum yang manis-manis. Apalagi jika makan di restoran, selalu pesan es teh manis atau aneka jus buah yang pastinya ditambah dengan gula. Saya benar-benar mengurangi bahkan tidak minum manis kurang lebih lima tahun yang lalu.

Risiko karena faktor keturunan atau keluarga

Dari riwayat keluarga saya, sebenarnya semua adalah DM tipe 2 yang tidak diturunkan. Akan tetapi, selalu ada faktor risiko dalam keluarga, bisa jadi karena pola makan keluarga.

Dugaan saya, bisa jadi karena kami keluarga Jawa yang lebih menyukai makanan manis. Entah secara langsung atau tidak, ada kemungkinan pola makan ini mempengaruhi pankreas yang harus bekerja keras menghasilkan insulin. Karenanya, pada umur tertentu kerja pankreas tak lagi prima (karena sudah capek?)

Beberapa kali tes kesehatan, kadar gula darah saya selalu normal. Bagi saya, hasil tes kadar gula darah sangat penting karena saya mempunyai risiko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun