Di masa pandemi ini ada beberapa perusahaan yang memotong gaji atau PHK karyawan. Untuk yang punya usaha pun tak luput dari imbas. Sektor pariwisata dan transportasi umum yang sangat jelas terlihat.
Dulunya, saya pun agak meragukan pentingnya dana darurat. Sempat berpikir hal itu lebay dan mengada-ngada! Hehehe
Besaran dana darurat untuk keluarga
Setelah tahu pentingnya dana darurat, kita akan mulai bertanya berapa besarannya. Mengenai ini, ada beberapa pendapat.
Menurut perencana keuangan Prita Ghozie dalam bukunya Make It Happen, besaran dana darurat adalah 3 kali jumlah pengeluaran rutin bulanan. Namun lebih disarankan untuk menargetkan sebesar 12 kali jumlah pengeluaran rutin bulanan.
Beda keluarga tentu beda besaran dana darurat. Menurut saya, yang terpenting adalah berusaha menyisihkan dana untuk keperluan ini dan berkomitmen tak memakainya untuk kebutuhan lain.
Sesuai dengan tujuannya, maka dana darurat sebaiknya tidak berupa aset dengan likuiditas rendah. Sebisa mungkin yang mudah untuk ditarik kapan saja. Paling mudah berupa tabungan tunai, deposito, saham, reksadana, dan atau logam mulia.
Bagi saya, logam mulia mendekati ideal. Selain nilainya relatif lebih stabil juga mudah dicairkan dengan dijual langsung atau dibawa ke pegadaian.
Menilai kemanfaatan dana darurat
Kalau kita mengulik tetek-bengek terkait perencanaan keuangan keluarga, tujuan sebenarnya adalah kebahagiaan hidup. Bagaimana bisa hidup tenang dan bahagia karena semua sudah teratur dan terencana.
Saya mengumpulkan dana darurat bahkan sejak di awal pernikahan. Pada akhirnya terbukti bahwa alokasi dana darurat itu bermanfaat sekali. Waktu itu didorong oleh adanya kebutuhan yang membutuhkan biaya yang sangat besar yang sudah bisa diprediksi. Hanya tidak tahu kapan.