Kirana
Aku sedang menyelesaikan cerpenku ketika berita itu datang. Waktu itu tinggal sedikit lagi cerpenku akan tuntas. Tapi berita itu datang seolah seperti benda yang jatuh dari plafon atas kamarku.
"Brakkkkk...." Seketika aku terkejut tak percaya. Rasa kaget yang menusuk terlalu dalam.
"Papamu kawin lagi?" tanyaku pada Kirana, sahabatku yang menelponku.
Selanjutnya aku hanya mendengar isak tangisnya. Segera kuhibur dan kutenangkan. Dalam situasi seperti itu, rasanya tak pas jika aku mencecarnya untuk tahu cerita utuhnya.
Esoknya, aku berusaha untuk telpon dan bertanya ke Martha, sahabat Kirana yang temanku juga. Ternyata Martha cukup tahu cerita utuh keluarga Kirana.
"Jadi, mama Kirana sekarang mengasuh anak itu?" tanyaku kepada Martha
"Iya! Gila banget kan, Yu? Mau-maunya mamanya mengasuh bayi anak selingkuhan suaminya?" sahutnya.
Aku pun terheran-heran. Terbuat dari apakah hati mama Kirana? Sudah jelas suami berlaku serong hingga punya anak dari perempuan lain, kok masih mau menerima anak itu.
"Ya, mungkin benar juga, Tha... Bayi itu tak bersalah dan tetap harus dirawat, " kataku.