Learning loss
Learning loss adalah salah satu masalah yang dihadapi generasi pandemi. Pembelajaran secara online tidak akan maksimal karena banyak faktor.
Sampai kemarin, ketika saya tanya ke sulung saya yang duduk di kelas 5 SD, katanya dia masih tidak suka sekolah online. Meskipun sekarang ketidaksukaannya sudah dalam tahap menerima, tapi pastinya untuk anak yang aktif, sekolah dengan laptop ini menyiksa.
Terkadang saya sedih saat melihat pelajaran olahraga di kamar. Dia tampak senang dengan aktivitas olahraga itu meski terbatas. Ah, masa anak-anak itu memang sebenarnya masa "bergerak" dan bukan duduk di depan laptop.
Adaptasi Sekolah Tatap Muka
Setelah sekian lama sekolan online, pasti anak membutuhkan adaptasi untuk sekolah tatap muka. Apalagi kali ini sekolah tatap muka tak akan sama lagi seperti dulu.
Bisa jadi anak mampu mengikuti dan menerima perubahan. Atau bisa jadi anak kebingungan karena sudah terlalu nyaman sekolah online. Hmm... benar kata bijak ya, "Tak ada yang pasti dalam hidup ini, kecuali perubahan. "
Blended Learning
Di antara sekian kegalauan, menurut saya blended learning dengan sekolah tatap muka dan sekolah online semacam harapan. Anak bisa sekolah tatap muka terbatas. Setidaknya kejenuhan sekolah online bisa terobati.
Tapi kembali lagi ke kegalauan awal saya, anak-anak saya belum vaksin. Yang kelas 5 SD sudah bisa dipercaya untuk masalah prokes. Yang masih TK A, ini yang masih belum bisa dilepas meskipun sudah saya biasakan prokes.
Eh tapi sekolah tatap muka yang terbatas tidak tiap hari. Untuk anak TK malah cuma seminggu sekali dan durasi 1 jam saja. Jadi gimana dong? Dilema sekali! Serba salah ya?