Pandemi sukses mengajak orang untuk menjalani hobi di rumah. Hal ini juga dilakukan oleh suami saya. Kolam ikan yang kosong sejak selesai renovasi rumah, akhirnya terisi dengan ikan.
Sebenarnya kami tak berniat menggunakan kolam ini. Alasannya karena salah desain dan keburu sudah jadi. Kolam ini serupa bak mandi, padahal harapan saya waktu itu seperti layaknya kolam ikan di belakang rumah.
Nasi sudah jadi bubur. Dan "bubur" pun terkena imbas pandemi. Tak mudah mencari tukang bangunan. Jadi, kami terpaksa membiarkan dulu sebelum renovasi tahap berikutnya.
Nah, daripada kosong akhirnya suami memutuskan untuk menggunakannya kolam berukuran 2.8 meter × 80 cm ini. Pilihan kami tentu memelihara ikan koi. Ikan hias yang berwarna-warni dan lucu. Memberi makan koi adalah hobi si bungsu.
Genap setahun kami memelihara koi. Bisa dikatakan sukses, apalagi ikan koi kami sekarang subur-makmur dan gendut-gendut (jangan bilang kayak yang punya ya? hahaha...).
Tiap pagi atau malam sepulang kerja, ikan koi ini yang selalu disapa suami. "Hi, fish...!" Sebagai istri saya tidak cemburu. Cuma begitu melihat ikan yang gemoy ini langsung tanya, "Ini kalau dijual laku berapa?" Hahaha.. (Ibu-ibu selalu begitu ya?)
Hari ini sempat ngobrol dengan suami tentang tip sukses memelihara koi. Semacam wawancara santai begitu supaya istri punya bahan tulisan untuk Kompasiana hehehe Siapa tahu ada yang ingin memelihara ikan koi juga.
Namun, perlu digarisbawahi ya ini berdasar pengalaman kami saja. Kami masih amatir dalam dunia per-koi-an. Berikut tip-nya :
1. Persiapan kolam
Sebelum kolam dipakai, sebaiknya "dikondisikan" dulu. Tip ini kami dapat dari penjual ikan koi yang ada di daerah saya. Caranya dengan mengisi kolam dengan air dan menambahkan garam khusus ikan.
Garam ini bisa dibeli di penjual ikan koi. Untuk berapa jumlahnya bisa ditanyakan langsung kepada mereka (kami lupa persisnya). Jumlah garam disesuaikan dengan ukuran kolam.
Penambahan air dan garam ini untuk mengkondisikan kolam terutama untuk kolam baru. Jika tidak, ikan mudah mati. Pengkondisian ini dilakukan selama 2 hari. Bisa lebih tergantung kondisi kolam.
Kata penjual ikan koi, banyak orang yang asal beli ikan dan memasukkannya ke kolam. Dan ini rata-rata yang menjadi penyebab ikan langsung mati.
2. Sistem filter yang baik
Ikan koi membutuhkan air yang bersih. Karenanya, harus menggunakan filter yang mampu menyaring kotoran hingga air bersih. Ada banyak tipe filter. Setelah dicoba ini dan itu, akhirnya menemukan filter yang cocok.
Berdasar penjelasan suami saya, susunan saringan air kolam koi ada beberapa metode. Salah satunya yang kami pakai adalah menggunakan drum plastik.Â
Drum plastik ini berkapasitas 100 liter, di mana air masuk dari bawah dan keluar di sisi atas. Tujuannya agar kotoran tetap di bawah sementara air bersih hasil filter ada di sisi atas. Lalu pada saat kuras, tinggal buka kran bawah, maka kotoran yg belum terurai akan terbuang.
Susunan media filter kami pakai (dari bawah ke atas) :
- bioball dgn kombinasi bentuk, jumlahnya 2.000 biji
- biofoam yg dipotong kecil-kecil ukuran 5 cm
- biofoam seukuran permukaan drum, tujuannya untuk menjaga bioball tetep di bawah.
- Busa saringan filter tebal 5 cm sebanyak 3 lapis
Hasil penyaringan dari drum ini dimasukkan ke dalam drum kedua untuk penyaringan akhir. Drum kedua ini berisi batu apung dan karbon filter.
Dalam proses penyaringan ini, yang harus diperhatikan adalah sirkulasi air minimal 2 kali per jam. Artinya, jika volume air kolamnya 1 meter kubik, maka pompa yang dipakai kapasitasnya minimal 2 meterkubik/jam atau pakai pompa 3,000 liter per jam.
Kata suami, koi itu ikan yg bersih, lucu dan nggemesin, seperti anak kecil yang lagi lucu-lucunya. Jadi, airnya perlu di rawat sebersih mungkin.
Tip khususnya adalah :
Gantilah airnya minimal 2 minggu sekali. Ganti airnya maksimal 80% dan jangan dikuras habis supaya ikannya tetep merasakan air sebelumnya. Ini juga akan membuat ikannya tidak stres.
3. Aerasi yang baik
Ikan koi membutuhkan suplai oksigen yang cukup. Secara teori, ada hitungannya tapi oleh suami tidak dilakukan. Intinya perlu "grujukan" air yg cukup. Ujung keluaran air dari drum filter minimal 50 cm di atas permukaan kolam.
Pemberian oksigen ke dalam kolam juga dipengaruhi oleh jumlah ikan dalam kolam. Untuk memenuhi kebutuhan ini, kolam kami mempunyai 3 "grujukan".
4. Bibit ikan sehatPemilihan bibit ikan yang sehat ini juga sangat berpengaruh. Semua ikan koi kami beli secara langsung ke tempat. Kami belum berani membeli secara online.
Bahkan ada beberapa ikan koi yang kami beli langsung di pusat koi di Subang. Di sana pembibitan koi dilakukan menggunakan sumber mata air langsung. Harganya tentu lebih murah.Â
Harga ikan koi bervariasi, tergantung ukuran, warna, dan motif. Awal kami membeli ada yang berharga 150 ribu per ekor. Untuk motif dan warna tertentu harus dipesan. Sekarang kami punya 28 ekor ikan koi.
5. Makanan yang berkualitas
Pilihan makanan untuk koi juga sangat penting. Sebenarnya ada banyak merk. Di sini kami tidak diendorse ya, namun sejauh ini kami puas dengan makanan ikan bermerk H*** high grow. Boleh juga dikombinasikan dengan H*** color enhancer supaya warna ikannya tetap bagus.
Sekian sedikit tip untuk memelihara ikan koin. Selamat mencoba. Semoga bermanfaat.
Artikel ditulis untuk Kompasiana. Dilarang menyalin/menjiplak/menerbitkan ulang untuk tujuan komersial tanpa ijin penulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H