Umumnya, yang paling membuat kepo itu adalah tingkah lucu anak TK saat di sekolah. Dengan sekolah online, orangtua langsung bisa melihat kelucuan dan kekonyolan mereka.
Selama setahun ini, saya acapkali tertawa saat mendampingi si bungsu. Dia sangat percaya diri dan santai cenderung polos seenaknya sama gurunya.
Saya sering dibuat menepuk jidat. Misalnya, ketika diminta memimpin doa, dia malah menjawab, "Kemarin kan sudah, Miss!" atau "Sorry, I'm bussy". Ampunnnnn....
Namun, saya juga bahagia sekaligus bangga ketika melihat dia berani bernyanyi, membuat karya, atau menjawab pertanyaan dari guru.
Dengan sekolah online ini, saya juga bisa memantau langsung proses dan perkembangan belajarnya. Sebagai orangtua, saya bisa menilai kemampuan, daya tangkap, dan kemajuan belajar anak sendiri.
Sesuatu yang istimewa sekali!
3. Lebih mengenali karakter anak
Setiap hari bersama anak bukanlah jaminan bisa mengenal karakter anak sendiri. Terlebih jika orangtua hanya menyuruh ini dan itu tanpa pernah berkomunikasi dari hati ke hati.
Orangtua berperan dan terlibat saat sekolah online. Inilah yang mau-tak mau memaksa saya untuk mengenal karakternya untuk kemudian bernegosiasi demi kebaikannya.
Si Sulung yang sudah masuk masa pra pubertas memberi tantangan tersendiri. Saya selalu mendorong untuk rajin mengerjakan tugas dan fokus saat sesi berjalan. Terkadang dia tidak semangat, tidak fokus, santai, dan suka menunda mengerjakan tugas.
Ternyata saat itulah, waktu yang tepat untuk menanamkan karakter pada anak. Bolak-balik saya selalu menekankan pentingnya langsung mengerjakan tugas, alih-alih menundanya.