Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Edelweis Agung (Bagian 4-Tamat)

20 Juni 2021   06:00 Diperbarui: 20 Juni 2021   05:57 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edelweis Agung (Gambar ilustrasi : pixabay.com/ivansamudra)

RISA

Senja kali ini terasa berbeda. Perlahan mentari turun kemudian menghilang. Yang tersisa di hati adalah kesedihan.

Cerita sebelumnya :

Edelweis Agung bagian 1( klik disini )

Edelweis Agung bagian 2 ( klik disini )

Edelweis Agung bagian 3 ( klik disini )

Sesuatu yang tak terucap, bukan berarti tak ada. Ada batas diantara realita. Batas dimana sesuatu menjadi layak untuk dicoba dan diperjuangkan. Atau sebaliknya batas dimana kita tahu bahwa itu adalah pemaksaan.

Agung merangkulku. Pelukan hangat penuh makna. Kudengar suaranya lirih terbata, "Kita harus bijaksana, "

Entah, kata apa yang bisa melukiskan perasaanku saat itu. Aku hanya diam membisu. Pun hingga dia pulang meninggalkanku, kusimpan rapat kata-kata itu.

Edelweis selalu abadi
mewangi dalam relung hati
Biarlah hingga titik ini
cinta melepas pergi

***

AGUNG

"Bijaksanalah..." begitu pesan ibuku. Kata itu juga yang akhirnya kukatakan pada Risa.

"Kita harus bijaksana, " ucapku dengan hati yang berat.

Mungkin benar kata Risa, jika hubungan ini berlanjut bukanlah sebuah perjuangan cinta. Tapi menjadi pemaksaan yang buta dan mungkin berujung pahit nestapa.

Baru sampai sini saja, aku sudah merasa berat dan terluka. Tak bisa kubayangkan perempuan mungil bermuka ceria itu berduka karenaku. Kemarin kulihat air mata menggenang di sudut matanya.

Aku tak tega. Semua yang cepat datang pada akhirnya cepat untuk diakhiri. Ruang mimpi memburuku pergi.

Risa akan menjadi edelweisku yang abadi. Aku tak ingin salah karena memetiknya lagi. Akan kudaki gunung untukmu, Ris.. Untuk menikmati senja sore hari bersamamu meski di tempat yang berbeda.

Edelweis indah berseri
mewangi hingga ke sanubari
Batas telah memberitahu
Aku tak bisa memetikmu

Sedihku berduka
sebelum pahit terasa
Kularung segala rasa
untuk bijaksana

---TAMAT---

Cikarang, Juni 2021

Catatan : cerita ini fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, dan peristiwa adalah kebetulan semata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun