Begitu kurir datang, mungkin tahu saya bete. Barang segede gaban diturunin. Baik sih pelayanannya. Tapi saya tetap dongkol.
"Ini pakai duitku. Sahamku dapat banyak. Boleh dong?" katanya. Saya masih kesal. Inilah keegoisan istri, sayang duit mending ditabung. Kadang sebal juga melihat barang mahal tapi tak terpakai.
Treadmill ini dipakai esok harinya. "Speednya cepet amat?" kata saya. Suami terlihat ngos-ngosan dengan keringat bercucuran.
"Ya, biar banyak kalori terbakar, " sahutnya.
"Ya, nggak usah segitunya kali. Olahraga itu yang penting konsisten dan rutin, ntar kolaps loh! Anak masih kecil, " kata saya serius.
Jujur saja, banyak kejadian kolaps saat olahraga. Umur yang tak lagi muda namun semangat masih menggelora. Biasanya umur diatas 35 tahun sudah harus ada penyesuaian saat olahraga.
Terlebih untuk masa sekarang, kerja di ruang ber-AC dan minim gerak tapi olahraga langsung gencar. Belum lagi kebiasaan tidur yang terlewat malam, pola makan yang tidak sehat, jika olahraga dipaksakan malah akan beresiko besar.
Banyak kejadian di sekitar yang saya tahu. Orangnya masih muda, tiba-tiba meninggal tanpa kabar sakit. Setelah ditelusur ternyata mengalami henti jantung saat main futsal.
Kematian itu di rahasia Tuhan. Tak ada yang tahu. Tapi sebagai manusia, wajar untuk saling mengingatkan supaya ingat umur saat berolahraga. Terkhusus buat suami-suami, bersyukurlah jika istri cerewet. Hehehe...
Catatan: artikel mengandung curhat pelepas resah karena covid merebak gila di lingkungan saya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI