Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

5 Kunci Menjadi Ibu Rumah Tangga yang Bahagia

4 Juni 2021   18:00 Diperbarui: 4 Juni 2021   19:45 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berkarya lewat hobi merajut (Foto : pixabay.com)

Gambar ilustrasi ibu rumah tangga bahagia (Foto : pixabay.com/Victoria_Borodinova)
Gambar ilustrasi ibu rumah tangga bahagia (Foto : pixabay.com/Victoria_Borodinova)
Ketika kita memasak untuk keluarga, itu juga sebuah karya. Ketika kita bebenah rumah itu juga sebuah selera yang tertuang menjadi karya. 

Ketika kita berkebun menanam sayuran, itu juga karya yang menghasilkan. Sebisa mungkin di rumah melakukan hal-hal kecil yang kreatif dan mengapreasi diri. Hal itu mampu membahagiakan.

3. Seimbangkan Keinginan
Bahagia adalah sebuah proses. Dulu saya pernah merasa "insecure" menjadi ibu rumah tangga. Saya masih ingin kembali bekerja dan atau ingin mengambil S2.

Suami tak mempermasalahkan. Namun setelah berdiskusi panjang lebar dan berkali-kali, kami pada kesimpulan bahwa itu adalah sebuah keinginan dan ego pribadi saya saja.

Saya tahu ada yang lebih membutuhkan saya. Dan itu tak lain dan tak bukan adalah anak-anak saya sendiri.

Seiring berjalannya waktu, saya sadar bahwa inilah panggilan hidup saya untuk menjadi ibu rumah tangga. Tak ada yang perlu disesali.

Justru sekarang ini saya sangat bersyukur ketika bisa mendampingi si Sulung yang beranjak remaja. Saya belajar menjadi "teman" yang baik untuk berbagi cerita. Sesuatu yang tidak saya dapatkan pada masa remaja karena ibu saya dulu sibuk bekerja siang dan malam.

4. Minimalkan Harapan
Kata-kata ini saya dapatkan dari artikel pak Tjiptadinata Efendi. Untuk terhindar dari rasa kecewa, sebaiknya kita meminimalkan harapan. Saya setuju.

Manusia tak ada yang sempurna dan kita tak harus sempurna. Kita harus berdamai, menerima, dan mengakui kelemahan dan kekurangan kita.

Akan melelahkan jika kita berusaha untuk selalu sempurna. Ibu rumah tangga harus jago masak, anak-anak harus berprestasi, rumah harus rapi, dan seterusnya.

Saya selalu berkata kepada diri saya sendiri bahwa saya tak harus sempurna. Jika kita memasang standar ini dan itu, membuat target ini dan itu, pastilah akan menjadi beban. Belum lagi jika semua tak tercapai, kita akan dirundung rasa kecewa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun