"Enak ya bisa nulis, bisa jalan-jalan, arisan cantik..."
Hmmm... mungkin kalau ditulis semua akan menghabiskan banyak waktu. Namun, dari pertanyaan tersebut bisa kita lihat bahwa semua tak jauh dari konotasi "enak dan tidak enak".
Dalam hidup ini tak ada yang serba enak, bahkan bagi orang terkaya sedunia atau pemegang jabatan setinggi apapun. Karenanya, semua orang berhak bahagia dengan caranya.
Jika ditanya apa rasanya menjadi ibu rumah tangga, saya akan jawab "saya bahagia" dengan segala hal yang menurut orang "enak" dan juga "tidak enak".
Kesusahan dan tantangan hidup tidak hanya milik ibu rumah tangga kok, ibu bekerja bahkan semua orang punya kesusahannya masing-masing.
Jadi, kira-kira begini cara saya bahagia menjadi ibu rumah tangga:
1. Selalu Bersyukur
Falsafah orang Jawa mengatakan bahwa hidup itu "wang sinawang", artinya hidup itu terlihat satu sama lain. Yang kita lihat bahagia, belum tentu bahagia. Yang kita lihat tidak bahagia, malah bisa jadi bahagia. Secara lebih mendalam, falsafah mengajarkan untuk selalu bersyukur dengan keadaan kita.
Bagi saya, menjadi apapun, selalu ada alasan untuk selalu bersyukur. Hidup telah memberi kesempatan kepada saya untuk menjadi ibu rumah tangga, ya sudah saya akan jalani dengan rasa syukur.
Di luar sana, ada beberapa orang yang justru bercita-cita ingin menjadi ibu rumah tangga. Ada juga yang karena alasan tertentu tak bisa menjadi ibu rumah tangga. Daripada merasa "insecure" dengan membanding-bandingkan diri dengan orang lain akan lebih baik bersyukur.
2. Berusaha untuk Berkarya
Salah satu hal yang mengusik ibu rumah tangga adalah karena dianggap sebagai pengangguran, tak punya kerjaan, atau malah saya pernah dengar dicap "tukang habisin duit suami"! Haduh...
Buat saya, daripada lelah memikirkan omongan orang (yang seringkali berucap tanpa berpikir) akan lebih baik berkarya. Tak harus karya yang bagaimana.