Berhubung libur, hari Rabu (26/5) kemarin saya dan keluarga belanja bulanan bersama. Setelah itu, mentraktir minuman "kekinian" untuk anak-anak.
Saat saya jalan menuju kafe ini, ada pesan WA masuk dari mas Kamil Kompasiana. Kaget pastinya. Apalagi setelah melihat isi pesannya. Duh!
Saya tak langsung membalasnya. Setelah duduk santai di kafe, baru saya tunjukkan ke suami. "Nggak lah ya? Aku nggak bakat ngomong!"
Tapi tiba-tiba si sulung kepo. Setelah tahu, dia malah dengan percaya diri mengatakan, "Ayo Mama... Aku ingin lihat Mama masuk TV!"
"Oh No...!!!" Ini bukan masalah keberanian. Tapi saya sadar diri bahwa saya bisa menyusun kata secara tulisan saja (itupun masih belajar) dan bukan secara lisan. Apalagi dari dulu saya tidak suka menjadi spotlight, apapun itu.
Si sulung merajuk. Suami saya hanya senyum-senyum. Saya jadi galau. Dalam hati, begini anak sekarang. Mereka ingin kita memberi bukti keteladanan yang nyata.
"Mama, suka suruh-suruh aku harus berani. Mama sendiri nggak berani! Katanya harus berani mencoba," katanya. Ampun deh!
Saya garuk-garuk kepala. Ini bukan saya banget! Wong nama di Kompasiana saja bukan nama sendiri tapi MomAbel. Hahaha...
Akhirnya setelah dapat sedikit penjelasan dari mas Kamil, saya oke-kan tapi masih dengan keraguan. Program ini adalah program obrolan santai dan saya mewakili netizen. Jadi, saya malah boleh bertanya pada narasumber lain.
Ealah... malam begitu baca tanggal tappingnya ternyata besoknya. Hah??? Saya langsung tanya ke mas Kamil, "Mas, ini untuk besok? " Dan jawabannya adalah iya. Gubrakkk...
Saya sukses tak bisa tidur membayangkan ternyata acaranya esok hari (27/5). Selain itu, untuk tapping zoom meeting mungkin masih bisa diatur, tapi ketika membayangkan nanti nongol di stasiun TV? Oh... Tidak!
Saya tulis cerita ini setelah tapping. Puji syukur sudah terlewati. Disini saya menjadi sadar bahwa berbicara dan menjelaskan sesuatu secara langsung itu susah. Lebih mudah lewat tulisan hehehe
Lucunya lagi, waktu tapping tiba-tiba di bungsu nongol di kaca jendela kamar beberapa kali. Saya sempat kaget karena sudah saya kondisikan dia bermain di kamar sebelah.
Disitulah saya sempat pecah konsentrasi. Setelah tapping, saya jadi ingat "kok sepertinya saya tadi bilang hukum narapidana  bukan pidana ya?" Duh, semoga tidak.
Bagaimana dengan saya? Antara tertawa dan malu sekali! Ternyata benar saya salah ngomong dari hukum pidana menjadi hukum nara pidana. Sukses saya tutup mata! Saya malu sendiri.
Oalah... beginilah kalau ibu rumah tangga harus gantung apron dan masuk TV! Sungguh tak terlupakan, groginya setengah mati! Pengalaman berharga tapi cukup sekali... Cukup sekali!
Cikarang, 28 Mei 2021
Terimakasih mas Kamil dan Kompasiana yang sudah memberi kesempatan kepada saya. Ibu rumah tangga mewakili netizen yang bisa salah waktu menyebut istilah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H